“Genta! Udah lah, nggak usah becanda lagi, cepetan, kita udah kedinginan!” teriak Ori.
Merasa tak ada balasan dari dalam toilet, Ori pun memutar kenop pintu toilet dan mendorongnya. Ternyata tidak dikunci. Perlahan-lahan, ia melongok ke dalam ruangan toilet, memeriksa isi toilet itu. Dengan wajah yang berubah pucat, ia menoleh ke arah Jati dan berbisik pelan.
“Kosong…!”
Jati segera bangkit dari kursi, seluruh tubuhnya merinding. Lalu tanpa banyak bicara lagi, kedua orang mahasiswa itu segera berlari menjauh dari tempat itu menuju gerbang kampus. Pikiran mereka tidak karuan dan mulai mengingat-ingat keanehan Genta selama semalaman ini. Genta yang mengajak mereka bertemu di kampus malam-malam, namun ia tak banyak berkontribusi dalam membuat proposal. Ia juga tak banyak menimpali percakapan kecuali cerita mengenai hantu peniru. Dalam pikiran mereka, pasti mereka baru saja dikerjai hantu peniru itu.
Dua menit setelah kedua orang itu lari terbirit-birit, pintu sebuah lemari tua di sebelah toilet terbuka. Dari dalam lemari tua itu, Genta keluar dan tertawa puas. Tak disangka ia mendapatkan ide yang bagus ketika keluar dari toilet. Ia menemukan lemari besar yang hanya diisi beberapa gagang sapu dan pembersih lantai, dan ia pikir itu akan melengkapi lelucon yang sudah melintas dalam pikirannya. Genta pun masuk ke dalam lemari itu dan mengirim SMS ke ponsel Jati. Sebenarnya ia tidak berharap kedua temannya bisa tertipu semudah itu. Ia pikir seorang di antara mereka akan mengecek ke dalam lemari, lalu Genta bisa melompat keluar sambil mengagetkan mereka. Tapi rupanya cerita-cerita seram yang mereka obrolkan sebelumnya telah mempengaruhi cara berpikir rasional mereka, sehingga mereka lebih memilih untuk lari ketakutan.
Sambil menyisakan senyum di bibirnya, Genta pun berjalan pulang, melewati pos satpam di dekat gerbang kampus, lalu melihat dua orang satpam sedang menonton televisi sambil terkantuk-kantuk.
“Pak, tadi liat ada dua orang yang lewat sini?” tanya Genta.
Seorang satpam yang masih tampak segar melihat ke arah Genta sambil mengecilkan suara televisi, “Oh, yang tadi keluar sambil lari itu ya?”
“Iya,” Genta berusaha menahan tawa.
“Kenapa sih mereka? Kaya yang abis ngeliat setan aja. Saya panggil, eh malah semakin cepat larinya,” ucap satpam itu.
“Maklum lah Pak, mahasiswa stres,” ujar Genta.