Mohon tunggu...
Rivai Muhamad
Rivai Muhamad Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Gemar menulis fiksi, menggambar, melukis, dan membaca. Mahasiswa jurusan seni rupa di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita Hantu di Ruang Sekretariat

3 Juli 2011   11:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:58 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Terus dia ketemu tukang cilok?” tanya Ori.

“Diam dulu, jangan motong cerita,” protes Jati, “Nah di pertigaan yang deket halte itu, kan jalanan udah sepi. Dia lagi mau nyeberang, soalnya tempat kosnya ada di gang yang deket rumah sakit. Belum sempat nyeberang, dia ngelihat ada tukang cilok, pas di samping halte.”

“Terus?” tanya Genta.

“Berhubung lapar, dia datangin tuh tukang cilok. Dia sebenernya heran juga sih, kenapa ada tukang cilok mangkal tengah malam begitu, tapi namanya juga orang lagi lapar, dia nggak mikir terlalu jauh. Tukang ciloknya pakai topi, kebetulan lagi nunduk, jadi dia nggak lihat wajahnya. Mang, beli ciloknya, kata Andre. Terus si tukang cilok nanya: Mau beli berapa? Dua ribu aja Mang, kata Andre. Langsung tah sama si tukang cilok diambilin beberapa tusuk cilok dan dimasukin ke dalam plastik kecil, terus dikasih saos. Andre bayar uangnya ke tukang cilok. Habis bayar, dia cuma balik badan sedikit, trus langsung aja dia makan satu tusuk cilok. Nah pas itulah dia ngerasa aneh. Kok ciloknya rasanya agak-agak asin dan asem gimana gitu. Dia pikir jangan-jangan itu makanan udah basi. Karena kesel, langsung aja dia balik badan dan pengen meriksa isi gerobak si tukang cilok. Dan taunya….”

“Taunya?” Genta penasaran.

“Ternyata yang ada di dalem gerobaknya bukan cilok.”

“Apaan?” Ori memburu.

“Bola mata. Bola mata manusia. Jelas aja Si Andre kaget setengah mati dan jadi mual-mual. Langsung dia keluarin lagi cilok yang ada di mulutnya, dan ternyata itu juga bola mata, saosnya itu darah. Pas dia coba natap wajah si tukang cilok, ternyata… matanya bolong…,” Jati mengakhiri ceritanya sambil menelan ludah, seolah ingin memberikan ekspresi takut.

Selama beberapa detik mereka terdiam.

“Terus Si Andre gimana? Nggak mati dia?” tanya Ori.

“Ya nggak atuh! Dia langsung lari nyebrang jalan dan pulang ke tempat kosnya. Nggak bisa tidur dia semalaman,” ucap Jati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun