Mohon tunggu...
RiuhRendahCeritaPersahabatan
RiuhRendahCeritaPersahabatan Mohon Tunggu... Freelancer - A Story-Telling

Tidak ada cerita seriuh cerita persahabatan (dan percintaan)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Temali Cinta Engkau Dia dan Aku

29 Desember 2018   10:34 Diperbarui: 29 Desember 2018   10:39 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Thomas diam sejenak. Ia mengatur posisi duduknya. Tampaknya ia belum terlalu siap untuk berterus-terang. "Kak Nuri bilang apa sama kamu?" Thomas balik bertanya.

Dietrich mendelik. Kenapa ada nama Tante Nuri segala sih? "Aku tidak tahu, aku belum bertemu beliau 2 minggu ini."

"Jadi dia belum menelepon kamu ya?"

"Belum. Ada apa?"

Thomas memperbaiki duduknya kembali. Posisi yang sebetulnya sudah ajeg. Ia gelisah, hendak memulai darimana untuk memperbincangkan perkara yang genting ini kepada Dietrich.

"Dit," akhirnya Thomas berani. "Aku sedang mendoakan Dahlia."

Dietrich seperti sedang mendengar genderang yang ditabuh sepenuh tenaga. Jelas Thomas bukan sedang mendoakan Dahlia sebagai orang sakit. Atau yang akan menghadapi ujian. Atau hal-hal lainnya. Thomas sedang mendoakan Dahlia sebagai calon pasangan hidup. Tradisi di komunitas mereka, sedang naksir seseorang akan dibasahasakan dengan kalimat "aku mendoakan dia". Dan gawatnya, senior tidak boleh didahului. Apalagi senior seperti kak Thomas yang punya banyak jasa kepadanya.

"O gitu ya, kak."

"Ya."

"Jawaban Dahlia bagaimana, kak?" Dietrich terdengar seperti memelas.

Thomas menjadi kikuk. Dahlia mungkin belum tahu kalau ia didoakan dan diberi perhatian khusus olehnya. Dahlia malah mungkin sedang asyik bersenang-senang dengan Dietrich. Duh, kenapa Kak Nuri tidak segera berbicara kepada Dietrich? Jadinya begini deh. Miskomunikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun