Mohon tunggu...
RiuhRendahCeritaPersahabatan
RiuhRendahCeritaPersahabatan Mohon Tunggu... Freelancer - A Story-Telling

Tidak ada cerita seriuh cerita persahabatan (dan percintaan)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Temali Cinta Engkau Dia dan Aku

29 Desember 2018   10:34 Diperbarui: 29 Desember 2018   10:39 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nuri gelisah memikirkan sahabat baiknya Thomas, putus cinta. Ia tahu, Thomas bukan tipenya Dahlia. Gadis itu lebih suka pria yang cerdas dan sedikit urakan. Gambaran yang justru ada pada Dietrich. Siapa Dietrich, itulah masalahnya.

Dietrich sejak remaja sudah menjadi adik kesayangannya Thomas. Bukan adik kandung, tapi sabahat yang lebih muda. Di komunitas ini, semua orang yang lebih muda otomatis dipanggil dan dianggap adik meskipun terpaut satu tahun. Kalau ada yang mengatakan itu sikap feodal, orang-orang seperti Nuri juga Thomas akan merujuk ke kitab suci. Di sana ada perintah  bahwa yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua. Caranya? Misalnya, yaaa bersikap sopan gitu, dan sopan santun itu antara lain dengan memanggil adik untuk yang lebih muda dan kakak untuk sebaliknya.

Terkadang pembagian ini sedikit merepotkan. Dahlia yang terang-terangan menyukai Dietrich --dan Dietrich yang diam-diam mencintai Dahlia---gerah ketika ia meminta dipanggil nama saja oleh lelaki yang lebih muda 7 tahun itu. Dietrich tidak keberatan. Tetapi ketika teman-teman mendengar dia memanggil Dahlia tanpa sapaan "Kak", ia ditegur ramai-ramai.

"Aku nyerah Kak. Aku tetap panggil kamu "Kak Lia" saja. Tapi tidak mengurangi kedekatan kita kok," pinta Detrich. Dahlia akhirnya setuju. Demi mempertahankan harmoni pertemanan dan per-relasian antara yang tua dan yang muda.

Tapi ada gonjang-ganjing di Sabtu siang itu. Thomas mendiamkan Dietrich. Suasana di pertemuan itu jadi agak ganjil. Siapapun tahu, mereka bersahabat. Bersahabat baik malah. Seperti ulat yang diselubungi kempompong kata teman-teman mereka. Lekat. Tapi tak ada yang berani bertanya ada apa gerangan. Tahu-tahu saja Thomas berbicara keras soal kesopanan dan tata krama. Ditujukan kepada Dietrich.

Dietrich terpana sesaat. Benaknya diliputi pertanyaan, mengapa Thomas membahas soal kesopanan dan tata krama di siang bolong begini. Bukankah itu pelajaran dasar pertemanan yang rasanya ia sudah lulus belasan tahun lalu? Sikap tidak sopan yang mana yang telah aku perlihatkan? tanya Diertrich. Yang ia tidak setuju, Thomas mengatakannya di sebuah acara yang dihadiri banyak orang. Tentu mereka bertyanya-tanya, ada apa ini.

***

Setelah sepanjang 2 jam menahan diri, akhitnya Dietrich bertanya. Usai pertemuan itu, ia mengajak Thomas makan syomai di kedai kopi tak jauh dari tempat mereka.

"Kenapa kakak mengatakan aku tak sopan tadi?" Detrich yang memulai percakapan.

" Kamu memang tidak sopan, Dit," jawab Thomas. Suaranya pelan.

"Tidak sopan, bagaimana Kak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun