Thomas diam sejenak. Ia mengatur posisi duduknya. Tampaknya ia belum terlalu siap untuk berterus-terang. "Kak Nuri bilang apa sama kamu?" Thomas balik bertanya.
Dietrich mendelik. Kenapa ada nama Tante Nuri segala sih? "Aku tidak tahu, aku belum bertemu beliau 2 minggu ini."
"Jadi dia belum menelepon kamu ya?"
"Belum. Ada apa?"
Thomas memperbaiki duduknya kembali. Posisi yang sebetulnya sudah ajeg. Ia gelisah, hendak memulai darimana untuk memperbincangkan perkara yang genting ini kepada Dietrich.
"Dit," akhirnya Thomas berani. "Aku sedang mendoakan Dahlia."
Dietrich seperti sedang mendengar genderang yang ditabuh sepenuh tenaga. Jelas Thomas bukan sedang mendoakan Dahlia sebagai orang sakit. Atau yang akan menghadapi ujian. Atau hal-hal lainnya. Thomas sedang mendoakan Dahlia sebagai calon pasangan hidup. Tradisi di komunitas mereka, sedang naksir seseorang akan dibasahasakan dengan kalimat "aku mendoakan dia". Dan gawatnya, senior tidak boleh didahului. Apalagi senior seperti kak Thomas yang punya banyak jasa kepadanya.
"O gitu ya, kak."
"Ya."
"Jawaban Dahlia bagaimana, kak?" Dietrich terdengar seperti memelas.
Thomas menjadi kikuk. Dahlia mungkin belum tahu kalau ia didoakan dan diberi perhatian khusus olehnya. Dahlia malah mungkin sedang asyik bersenang-senang dengan Dietrich. Duh, kenapa Kak Nuri tidak segera berbicara kepada Dietrich? Jadinya begini deh. Miskomunikasi.