Mohon tunggu...
Riswandi
Riswandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menyemai Kisah, Menuai Hikmah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suwung

5 April 2016   22:33 Diperbarui: 5 April 2016   22:43 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehadirannya sempat ditolak warga. Kalau bukan karena Mbok Nah yang mati-matian membela, mungkin ia terusir seperti anjing buduk. Mbok Nah sendiri merupakan warga desa ini yang mencari nafkah di Jakarta. Hanya dua atau tiga bulan sekali dia pulang menengok rumahnya yang hampir ambruk. Kepulangannya bersama lelaki aneh kali ini membuat warga berang.

Mbok Nah belum sempat membuka pintu saat puluhan warga mendatanginya. Sempat terjadi keributan saat warga bertanya perihal lelaki yang bersamanya. Untung Pak Lurah mampu meredakan suasana.

“Siapa dia, Mbok? Kenapa orang dibawa ke sini? Lihat keadaannya. Mengerikan!” Pak Lurah mengucapkannya sambil menunjuk pemuda di samping Mbok Nah yang terbungkuk-bungkuk. Orang yang ditunjuk tersenyum.

“Namanya Suwung, Pak Lurah. Dia anak angkat saya!” jawab Mbok Nah dengan nada memelas. “Izinkan dia tinggal di sini untuk menemani saya. Saya tidak akan pergi ke kota lagi!”

Orang-orang yang hadir saling tatap.

“Sebenarnya kami tidak keberatan, Mbok. Hanya saja, keadaannya membuat kami ngeri! Kami takut warga resah. Bukan begitu bapak-bapak dan ibu-ibu?”

Pertanyaan itu disambut jawaban kompak dari warga. “Benar!”

“Saya jamin, dia tidak akan berbuat macam-macam!” Mbok Nah hampir putus asa untuk meyakinkan warga.

*****

Tidak butuh waktu lama untuk membuat Suwung terkenal. Cerita tentang kepalanya beredar seperti aliran listrik yang memasuki rumah-rumah, bukan hanya dari desa kami, tapi juga desa tetangga. Tidak sedikit orang sengaja datang melihat keadaannya. Beberapa dari mereka bergidik, tapi ada juga yang justru kagum dengan keramahannya. Ya, Suwung selalu tersenyum pada orang-orang yang memandang nyinyir.

Perawakan lelaki itu tegap. Usianya mungkin tidak lebih dari tiga puluh lima tahun. Hanya saja, bagian atas kepalanya cekung. Ya, cekung, seperti sebuah mangkuk! Isu seputar nama dan bentuk kepalanya itu pun beredar. Katanya, ia diberi diberi nama Suwung karena isi kepalanya kosong alias suwung. Kasarnya, ia tidak punya otak. Ada juga yang mengatakan bahwa Suwung itu orang edan. Entah dari mana asal mula perkataan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun