Aku terbengong. Orang dari Jakarta mencari Suwung? Buat apa?
“Wah sulit, Pak!” Aku melirik dua orang di samping Pak Lurah. “Bagaimana kalau saya antar mereka ke Suwung? Tapi, jangan semua. Suwung tidak mau bertemu banyak orang.”
“Bagaimana, Bapak-bapak? Si Suwung itu memang aneh, meski tidak pernah bikin resah di sini. Tapi, ya itu, dia suka menyendiri,” tanya Pak Lurah kepada dua orang di sampingnya.
“Sebentar, Pak,” sahut seorang di antara mereka.
Mereka berdua seperti merundingkan sesuatu. Salah satu dari mereka lalu berjalan ke mobil yang ada gadis cantiknya tadi. Tidak berapa lama kemudian, pintu mobil terbuka. Seorang gadis keluar dari mobil.
“Cantiknya! Cakepnya! Wuihhh ....” Begitulah celoteh para warga melihat gadis itu. Ada juga warga yang membuat suitan panjang, yang membuat suasana gaduh.
Gadis itu sepertinya tidak merasa terganggu. Dengan anggunnya, ia berjalan ke arahku. Pesonanya membuat mulutku melongo.
“Antarkan saya ke tempat Suwung!” pintanya tanpa basa-basi. Aku tergagap. Ada kesan sombong dari tingkahnya. Bahkan, Pak Lurah juga tidak ditegurnya.
“Ya sudah Wir, kamu antarkan dia!” perintah Pak Lurah. Lugas. Sepertinya kurang suka tingkah gadis itu.
*****
“Bagaimana Mbak bisa kenal Suwung?” tanyaku pada gadis itu saat berjalan ke tempat Suwung. Sekadar basa-basi.