Mohon tunggu...
Riswandi
Riswandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menyemai Kisah, Menuai Hikmah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suwung

5 April 2016   22:33 Diperbarui: 5 April 2016   22:43 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bergeming, tidak mengerti. Rombongan itu meninggalkan balai desa dengan ribuan pertanyaan di benakku. Aku menoleh ke Suwung.

“Garis takdir. Rakyat miskin. Tuhan menghilang!” ujarnya sambil berlalu dengan langkah gontai.

*****

Tiga hari kemudian dan hari-hari berikutnya, desa kami ramai didatangi orang-orang bermobil mewah. Mereka mengaku dari partai tertentu. Tujuannya satu, menemui Suwung. Dan, Suwung masih saja asyik dengan ranting dan tanah yang digoresnya. Dan dari mulutnya kini selalu terdengar, “Garis takdir. Rakyat miskin. Tuhan menghilang.”

Dan, hingga kini, aku masih tak mengerti apa maksud ucapannya.

 

Tangerang Selatan,  April 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun