Aku bergeming, tidak mengerti. Rombongan itu meninggalkan balai desa dengan ribuan pertanyaan di benakku. Aku menoleh ke Suwung.
“Garis takdir. Rakyat miskin. Tuhan menghilang!” ujarnya sambil berlalu dengan langkah gontai.
*****
Tiga hari kemudian dan hari-hari berikutnya, desa kami ramai didatangi orang-orang bermobil mewah. Mereka mengaku dari partai tertentu. Tujuannya satu, menemui Suwung. Dan, Suwung masih saja asyik dengan ranting dan tanah yang digoresnya. Dan dari mulutnya kini selalu terdengar, “Garis takdir. Rakyat miskin. Tuhan menghilang.”
Dan, hingga kini, aku masih tak mengerti apa maksud ucapannya.
Tangerang Selatan, April 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H