Mohon tunggu...
Aristia PM
Aristia PM Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang guru yang belajar nulis

Skenario terbaik berasal dari takdir Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lorosae | Bab 3 | Berpisah untuk Memulai

4 Januari 2019   20:17 Diperbarui: 4 Januari 2019   21:42 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Alhamdulillah, aku masih berada di wilayah penuh sinyal internet. Aku tinggal pasang aplikasi pengingat waktu shalat di telepon genggam dan laptopku, lalu alarm adzan akan berbunyi otomatis saat tiba waktu shalat selama terhubung ke jaringan internet.

Aku pamit sebentar kepada kepala sekolah dan teman-temanku untuk shalat zhuhur.  

"Maaf, Pak! Saya mohon izin shalat dulu.", aku meminta izin sesopan mungkin.

"Hoo.. Iya. Silakan.. Silakan!"

"Makasih, Pak."

Teman-temanku mengikutiku ke salah satu kamar yang sudah kosong di penginapan itu. Pompa air di penginapan sudah menyala sejak kemarin. Kami bisa wudhu dengan leluasa.

Guru yang bertugas di Amarasi Timur semua berjumlah delapan orang. Dua orang sudah lebih dulu dijemput kepala sekolahnya. Kami semua beragama Islam, kecuali tiga orang. Dua orang Hindu dan satu orang Katolik. Alhamdulillah, kepala sekolah yang beragama Kristen mengizinkan kami beribadah sebentar, padahal kendaraan sudah siap berangkat. Toleransi yang indah.

***
"Farah, nanti kalau dah sampai di tempat tugas, kontak aku ya.. Jaga diri baik-baik."

"Kamu juga, Ratih. Jaga diri baik-baik. Kita keep in touch yaa.. "

Aku pamit pada Farah. Kami berpelukan, seakan hari itu adalah perpisahan terakhir kami. Dari teman-teman kampus yang sejurusan, hanya aku dan Farah yang perempuan. Karena itulah kami harus saling menjaga, walau berpisah tempat.

Kami juga berpamitan dengan dosen-dosen yang sejak awal keberangkatan selalu membersamai kami. Aku mencium tangan mereka dan memeluknya, kecuali para bapak dosen. Bukan mahram. Cukup kutangkupkan kedua tanganku dan aku minta doa restunya. Dosen-dosen kami itu tidak beranjak dari penginapan sebelum kami dijemput semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun