Mohon tunggu...
indahpkya
indahpkya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasisawa

tulisan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Mendorong Kreativitas Sejak Dini: Faktor Pendukung dan Hambatan Perkembangannya

31 Desember 2024   14:04 Diperbarui: 31 Desember 2024   14:04 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Creativity is an essential potential in child development, playing a significant role in personal and social adjustment. This study aims to identify the supporting factors and barriers to children's creativity development. The method used is a literature review by analyzing various sources, including books, journals, and previous research. The findings reveal that supporting factors for creativity include stimulating environments, democratic parenting styles, educational approaches that encourage exploration, and opportunities for free play. Conversely, barriers to creativity development include authoritarian environments, rigid disciplinary approaches, lack of stimulation, and negative attitudes toward children's creative ideas. Creativity is not merely an innate talent but can be developed through the interaction between innate abilities and the environment. By creating supportive environments, children's creativity can be optimally fostered early on to help them face future challenges.

 

Keyword: Creativity, supporting factors, barriers, children, development

 

 

Kreativitas merupakan salah satu potensi penting dalam perkembangan anak yang berperan besar dalam penyesuaian pribadi dan sosial. Kreativitas sering kali diartikan sebagai kemampuan menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Drevdahl mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan seseorang untuk menciptakan komposisi, produk, atau gagasan yang baru dan sebelumnya tidak dikenal oleh pembuatnya (Drevdahl, 1956). Kreativitas mencakup proses berpikir divergen yang unik, imajinatif, dan fleksibel. Proses ini memungkinkan anak untuk menemukan solusi inovatif terhadap berbagai masalah dan mengekspresikan dirinya secara unik dalam lingkungan sosial maupun pribadi. Kreativitas bukan sekadar bakat bawaan, tetapi juga kemampuan yang dapat dikembangkan melalui dorongan dan lingkungan yang mendukung.
Kreativitas dapat diartikan sebagai: 1) kemampuan untuk memahami, merespons, dan memberikan solusi terhadap berbagai tantangan atau masalah; 2) keterlibatan aktif dalam proses penciptaan yang bermanfaat; 3) perpaduan antara kecerdasan, gaya berpikir, dan motivasi pribadi; serta 4) kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas ini didukung oleh beberapa aspek utama, yaitu fleksibilitas, kelancaran berpikir, kecakapan, dan kecerdasan (Campbell, 2017: 35).

 

Menurut Hurlock (1978), kreativitas memiliki peran penting dalam kehidupan anak. Anak yang kreatif cenderung lebih mudah menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial karena kemampuan mereka untuk berpikir fleksibel dan menemukan cara baru untuk menyelesaikan masalah. Selain itu, kreativitas membantu anak dalam pengembangan konsep diri yang positif, rasa percaya diri, dan kepuasan pribadi. Kreativitas juga memiliki hubungan erat dengan kecerdasan, meskipun keduanya tidak sepenuhnya sinonim. Drevdahl menekankan bahwa kreativitas membutuhkan pengetahuan yang diterima sebelumnya agar dapat digunakan secara orisinal dan inovatif. Dengan demikian, kreativitas bukanlah kemampuan yang muncul dalam kekosongan, melainkan hasil dari interaksi antara kemampuan bawaan, pengalaman, dan lingkungan. kreativitas dikembangkan sejak usia dini, maka jiwa kreatif anak dapat terstimulasi dan berkembang secara optimal. Kreativitas pada anak usia dini dimulai dari kemampuannya dalam menciptakan sesuatu yang baru atau menyusun pengetahuan melalui berbagai kegiatan. Kreativitas anak membuka peluang bagi setiap individu untuk meningkatkan perkembangan diri, baik dalam bentuk potensi maupun kualitas pribadi. Dengan potensi kreativitas alami yang dimiliki, anak akan terdorong untuk menghasilkan ide-ide baru, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan memotivasi dirinya untuk mempelajari hal-hal baru. Usia dini merupakan waktu yang ideal untuk mengembangkan kreativitas anak (Sari, 2017:2). Anak memiliki kemampuan belajar yang akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan usianya.

Faktor-faktor seperti lingkungan rumah, pendidikan, status sosial ekonomi, dan metode pengasuhan anak memainkan peran kunci dalam perkembangan kreativitas anak. Lingkungan yang merangsang, pola asuh demokratis, serta kesempatan bermain bebas menjadi pendorong utama kreativitas. Sebaliknya, hambatan seperti lingkungan yang otoriter, kurangnya rangsangan, serta sikap negatif terhadap anak kreatif dapat membekukan potensi ini (Hurlock, 1978). Misalnya, sekolah yang terlalu menekankan disiplin kaku dan hafalan dapat mematikan imajinasi anak, sementara rumah yang membatasi eksplorasi akan menghambat perkembangan ide-ide orisinal.

Selain itu, terdapat kondisi khusus yang mempengaruhi kreativitas anak, seperti status sosioekonomi, ukuran keluarga, dan lingkungan tempat tinggal. Anak dari keluarga kecil dengan pola asuh yang demokratis cenderung memiliki tingkat kreativitas yang lebih tinggi dibandingkan anak dari keluarga besar yang cenderung memiliki pola asuh otoriter. Lingkungan perkotaan juga lebih mendukung kreativitas dibandingkan pedesaan karena lebih banyak rangsangan dan peluang eksplorasi (Hurlock, 1978).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun