“Aku akan mengambil hatimu kembali.”
Senyuman terbentuk di bibirku. “Sayangnya hatiku sudah ada yang memiliki.” Kali ini aku berbisik.
“Apa?” Noe tidak bisa menutupi kekagetan dalam suaranya.
“Aku akan menikah, bulan depan,” aku mengangkat tangan kiriku, menunjukan cincin yang kini melingkar di jari manisku.
Noe melonggarkan pelukannya. Berlahan-lahan dia melepaskanku. Aku berbalik menatapnya. Matanya memandang tak percaya.
“Wanita lebih membutuhkan perlakuan yang manis daripada kata-kata manis, Noe.” Aku tersenyum. “Selamat tinggal.”
Aku berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Noe yang masih berdiri mematung di tempatnya. Membuka pintu depan dengan perasaan lega. Aku melambaikan tangan ke arah pria yang kini berdiri di samping motornya. Memberikan senyuman cerah ke arahku.
Merebut hatiku kembali tidak semudah membuat kue klepon. Karena hati bukan adonan yang bisa dibentuk dan diisi apa pun sesuka hati. Meski begitu, aku ingin mengisi hatiku dengan yang isian manis. Sayang isian manis itu telah dibawa pria lain ke dalam hatiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H