"Apa saja, asal jangan minuman dingin. Di luar cuaca dingin sekali." Minato menghela napas sembari melonggarkan kancing kemeja atasnya.
Aku membuat dua cangkir cokelat hangat, kemudian menghampiri Minato yang masih menyandarkan tubuhnya sembari memandang langit-langit ruangan.
Sesaat kami terdiam dalam pikiran masing-masing.
"Bagaimana suasana di Indonesia? Kamu suka? Lama sekali kamu tinggal di sana." Minato akhirnya membuka pembicaraan.
Aku menganggukkan kepala. "Aku suka dengan keramahannya. Dan---"
"Pria Indonesia?" Minato memotong kalimatku.
"Apaan? Tidak ada satu pun."
"Lalu? Surat itu untuk siapa? Tujuannya ke Indonesia, bukan?" Minato melirik amplop surat kecil yang tergeletak begitu saja di atas meja.
"Oh ... itu untuk Katara."
"Katara? Siapa dia?"
"Sahabat penaku."