----
" Maaattt! Anakku mat, pingsan", bu Harti panik berteriak.Â
Selamat masuk rumah diikuti tetangga yang lain. Istri pak Selamat langsung membawa bocah itu untuk digendong dan membiarkan bu Harti mengurusi anaknya.Â
Kondisi anaknya memprihatinkan, darahnya terus keluar dan selamat berinisiatif untuk membawa anak bu Harti itu ke puskesmas. "Ti, bawa bpjs".Â
Mereka bertiga menuju puskesmas menumpang bajay tetangga, sedangkan Amir ditinggal dan saat ini bocah berkepala plontos itu harus tidur bersama orang lain.Â
Sesekali bocah itu memanggil nama ibu dan neneknya, sesekali memanggil botol susu yang sama sekali tak ada di rumah karena habis.Â
Ayahnya si Amir baru dapat ditemui saat pagi, itupun buru-buru karena mengambil perlengkapan ke rumah sakit. Amir kembali di tinggal dan saat ini hanya ditemani oleh isteri Pak Selamat. Sampai sore hari, pak Selamat dan bu Harti pulang.Â
Anak itu tertawa, merindukan neneknya yang mengurusnya dari kecil. Terkadang menunjuk ke arah jalan besar, mungkin ingin bertemu ibunya yang selalu pergi bekerja dan galak.Â
"Paa.. Pa.. ", ayahnya juga tak ada, menemani isterinya dan tinggalah Amir dan nenek.Â
Selama beberapa hari, neneknya harus gantian menjaga anaknya yang koma di rumah sakit. Sampai akhirnya nenek tak pulang-pulang, Amir hanya menangis ingin berjumpa dengan neneknya ataupun ibunya.Â
Isteri pak Selamat yang baik hati itu juga ikutan sedih melihat bocah itu murung. Sesekali membujuk pak Selamat dibawa ke RS untuk bertemu keluarganya. Pak Selamat pun tak tega, bahkan pak Selamat saja tak ingin bercerita soal ibunya si Amir.Â