Mohon tunggu...
Rika Salsabila Raya
Rika Salsabila Raya Mohon Tunggu... Lainnya - Jurnalisme dan ibu dua anak

Pernah bekerja sebagai Staff Komisioner Komnas Anak dan Staff Komunikasi di Ngertihukum.ID

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Nenek dan Cucu

16 Juli 2024   22:41 Diperbarui: 16 Juli 2024   22:44 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

*Dimohon untuk tidak melakukan tindakan plagiat 

------------------------++++++------

Kisah Nenek dan Cucu

Karya Rika Salsabila Raya

"Mati lo anjing!", 

" Nyesel gue hidup bareng loh", 

"Plakkkk!!!". 

Bu Harti hanya memandangi televisi kecilnya sembari memangku cucu kesayangan satu-satunya. Amir si cucu kesayangan hanya memandangi wajah neneknya itu sembari tersenyum kecil. Bu Harti rasanya sudah pasrah dan telinganya telah berdamai atas segala pertengkaran yang dilakukan oleh anak dan menantunya. 

Lantai atas rumah bilik itu seakan sudah pasrah dan menikmati tiap drama rumah tangga. Tetangga sekitar juga sudah tak peduli, tak ada yang berani memisahkan mereka. 

Bu Harti yang hidup di tengah padat penduduk sebenarnya merasa malu atas tindakan tersebut, stiap ribut pasti tetangga menguping. Dimulai dari masalah uang, cemburu dan saat ini mereka bertengkar karena sudah saling tak percaya. Bu harti hanya tertawa memandangi sinetron kesukaannya itu, sembari tertawa melihat kehidupannya saat ini. 

Sholawat dari speaker masjid menjelang adzan maghrib sudah terdengar, bu Harti bersiap untuk salat. Sesekali ia memandangi rimah Selamat, seorang tetangga yang rumahnya berhadapan. 

"Ti, koe punya minyak angin ndak?", tanya selamat. 

" Amir, ndok. Lagi apa ndok", tanya Selamat ke bocah itu. 

"Ada nih mat, tunggu yo", Bu Harti menyerahkan Amir digendong ke Selamat. Amir bahagia dibuatnya karena Selamat sudah seperti kakeknya. 

Setelah selamat pulang, adzan berkumandang, turunlah sang anak perempuan dari lantai atas itu. Rumah sempit itu menjadi saksi bagaimana wajah seorang anak yang dikasihi oleh orang tua nya sedari kecil harus terlihat rusak karena pukulan dari sang suami. 

"Dibogem lagi tah?, mandi, solat ndok", bu Harti mengingatkan sembari menahan tangis di hatinya. 

"Nggih mak", anaknya itu langsung masuk ke kamar mandi. 

Tak lama, ayah Amir turun juga sembari membawa jaket ojol. Terlihat mata nya sperti habis menangis, ia langsung berpamitan dan mengelus kepala anak usia dia tahun itu. 

" Bapak kerja dulu nak", ucap ayahnya. 

Bu Harti mengangguk saja, setelah ibunya Amir keluar, bu Harti ingin menyerahkan Amir ke pangkuan ibunya. Tetapi... 

"Bruaaakkk!!!", ibunya Amir pingsan. 

Bu Harti panik bukan kepalang, anaknya pingsan dan berdarah. Pendarahan itu, dari atas kakinya.

----

" Maaattt! Anakku mat, pingsan", bu Harti panik berteriak. 

Selamat masuk rumah diikuti tetangga yang lain. Istri pak Selamat langsung membawa bocah itu untuk digendong dan membiarkan bu Harti mengurusi anaknya. 

Kondisi anaknya memprihatinkan, darahnya terus keluar dan selamat berinisiatif untuk membawa anak bu Harti itu ke puskesmas. "Ti, bawa bpjs". 

Mereka bertiga menuju puskesmas menumpang bajay tetangga, sedangkan Amir ditinggal dan saat ini bocah berkepala plontos itu harus tidur bersama orang lain. 

Sesekali bocah itu memanggil nama ibu dan neneknya, sesekali memanggil botol susu yang sama sekali tak ada di rumah karena habis. 

Ayahnya si Amir baru dapat ditemui saat pagi, itupun buru-buru karena mengambil perlengkapan ke rumah sakit. Amir kembali di tinggal dan saat ini hanya ditemani oleh isteri Pak Selamat. Sampai sore hari, pak Selamat dan bu Harti pulang. 

Anak itu tertawa, merindukan neneknya yang mengurusnya dari kecil. Terkadang menunjuk ke arah jalan besar, mungkin ingin bertemu ibunya yang selalu pergi bekerja dan galak. 

"Paa.. Pa.. ", ayahnya juga tak ada, menemani isterinya dan tinggalah Amir dan nenek. 

Selama beberapa hari, neneknya harus gantian menjaga anaknya yang koma di rumah sakit. Sampai akhirnya nenek tak pulang-pulang, Amir hanya menangis ingin berjumpa dengan neneknya ataupun ibunya. 

Isteri pak Selamat yang baik hati itu juga ikutan sedih melihat bocah itu murung. Sesekali membujuk pak Selamat dibawa ke RS untuk bertemu keluarganya. Pak Selamat pun tak tega, bahkan pak Selamat saja tak ingin bercerita soal ibunya si Amir. 

"Saya lebih takut anak ini punya ingatan buruk tentang hidupnya, paling sedih lihat ibu, orang perempuan yang sakit". Selamat mengoceh ke isterinya. 

Namun... 

Belum sampai adzan maghrib, neneknya pulang. 

Amir tersenyum, tak lagi menangis. 

Nenek pulang bersama ayah dan ibu, ibunya wafat beberapa jam yang lalu dan saat sudah diurus, jenazahnya dapat dipulangkan. 

Anak itu kembali menelan pil pahit kehidupan, harus hidup tanpa sosok ibu yang sering memarahinya dan sesekali mencium pipinya saat tidur. 

Ayahnya menangis, muka menyesal itu terlihat. Amir digendong oleh ayahnya yang menangis membasahi baju mungil di tubuh Amir. Tangisan itu belum ada apa-apanya dibandingkan bu Harti. 

Nenek usia hampir 70 yang selalu ceria di mata masyarakat mengalami patah hati paling sakit, ditinggal anak. 

-----

Kedua orang itu menangis, tapi Amir hanya memandangi mereka. Anak kecil itu mungkin akan menangis disaat hidupnya sepi. Kemana ibu? 

Maka hanya neneknya yang saat ini masih bisa ia harapkan. Kalau saja ibu tak minum jamu yang dibelikan ayah untuk membunuh adik di perut, mungkin ibunya masih bisa memarahi Amir atau neneknya yang masih bisa menyembunyikan tangis di hatinya. 

Dua orang yang mungkin akan terus menangis adalah ayahnya yang diiringi rasa penyesalan serta anaknya, Amir. 

Bu Harti memeluk cucunya, ayahnya memeluk ibunya Amir, dan keluarga itu nyata di tengah kehidupan gemerlap Jakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun