Mohon tunggu...
Rihadatul Aisy
Rihadatul Aisy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nim: 43222010037 Jurusan: Akuntansi Kampus: Universitas Mercu Buana Dosen pengampu: Prof. Apollo Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Quiz - Diskursus Behavioral Conditioning Ivan Pavlov dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

14 Desember 2023   06:53 Diperbarui: 15 Desember 2023   07:56 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dibuat oleh penulis

Jenis Behavioral Conditioning, yaitu

Classical Conditioning (Kondisioning Klasik)

Classical Conditioning yaitu sebuah Proses yang melibatkan suatu pembuatan hubungan antara stimulus netral dan stimulus yang secara alami  menghasilkan respon tertentu. Dalam pengondisian klasik, suatu stimulus netral lambat laun diasosiasikan dengan stimulus yang memicu respons tersebut dan pada akhirnya dapat menghasilkan respons yang sama dengan stimulus yang semula memicunya. Contoh pengkondisian klasik yang terkenal  adalah eksperimen Ivan Pavlov dengan anjing.

Pengondisian klasik mempunyai penerapan yang luas dalam memahami perilaku dan pembelajaran, dan konsepnya dapat diterapkan dalam banyak konteks. Misalnya, pengkondisian klasik dapat digunakan dalam terapi perilaku untuk menghilangkan respons yang tidak diinginkan, atau dalam pemasaran untuk mengasosiasikan suatu merek dengan stimulus tertentu untuk meningkatkan daya tariknya.

Dalam pengkondisian klasik, rangsangan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

  • Stimulus Netral (Stimulus Netral): Stimulus netral adalah stimulus yang  awalnya tidak mempunyai hubungan langsung dengan respon atau reaksi tertentu. Dalam proses pengkondisian klasik, stimulus netral dipasangkan dengan stimulus yang mempunyai kemampuan membentuk stimulus terkondisi.
  • Stimulus yang tidak  terkondisi (UCS): Stimulus yang tidak terkondisi adalah stimulus yang secara alami memicu respons atau reaksi yang belum pernah dipelajari sebelumnya. Contohnya adalah makanan yang dapat menyebabkan rasa lapar atau konsep seperti suhu panas. Selain itu Dia melakukan  percobaan pada seekor anjing yang telah menjalani operasi kelenjar lalu meludah dan mengambil wadah berisi cairan yang disambungkan ke tabung kecil sehingga  memungkinkan  peneliti mengukur air liur yang keluar sebagai respon dan reaksi, jika ada  makanan yang ditawarkan.  Sebelum pelatihan (percobaan), anjing otomatis  mengeluarkan air liur  menghadapi bubuk daging, bahkan tanpa pelatihan atau kebugaran  lebih awal Oleh karena itu, dalam percobaan ini daging disebut stimulus yang tak terkondisi.
  • Stimulus Terkondisi (Conditioned Stimulus/CS): stimulus terkondisi adalah stimulus netral yang  dikondisikan atau diasosiasikan dengannya. Dengan mengasosiasikan stimulus terkondisi dengan stimulus terkondisi berulang kali, stimulus netral selanjutnya memicu respons yang serupa atau terkait dengan respons alami yang awalnya ditimbulkan oleh stimulus terkondisi. Contoh spesifiknya adalah  bunyi bel dalam eksperimen Pavlov, yang menjadi stimulus terkondisi setelah dipasangkan dengan makanan, yang sebelumnya merupakan stimulus tak terkondisi.

Penerapan pengkondisian klasik terhadap fenomena tindak pidana korupsi di Indonesia dapat dikaitkan dengan berkembangnya asosiasi negatif terhadap tindak pidana korupsi. Pengkondisian klasik adalah proses pembentukan hubungan antara stimulus yang awalnya netral dan respons spesifik.  Dalam hal ini penerapan kondisi klasik dapat melibatkan beberapa langkah, seperti:  

  • Peningkatan kesadaran: Memberi informasi kepada masyarakat tentang dampak negatif korupsi, dampak buruknya, dan kerugian  sosial yang disebabkan oleh korupsi. Hal ini membantu menciptakan asosiasi negatif pada masyarakat terhadap praktik korupsi.
  • Berikan contoh yang positif: Promosikan dan berikan penghargaan kepada contoh dan kelompok yang berperilaku jujur dan terbuka. Masyarakat harus diberikan contoh positif yang menciptakan hubungan antara perilaku  jujur dan penghargaan serta pengakuan.  
  • Hukuman yang pantas: memastikan pengadilan yang adil dan perlindungan hukum yang ketat bagi mereka yang bersalah melakukan korupsi. Hukuman yang pantas dan berat memperkuat asosiasi negatif  masyarakat terhadap tindakan korupsi, yang dalam hal ini dapat mendorong masyarakat untuk menghindari  korupsi. 
  • Pendidikan dan penjangkauan anti korupsi: Mengintegrasikan nilai-nilai antikorupsi ke dalam kurikulum  baik di tingkat sekolah maupun di tempat kerja. Pendidikan dan sosialisasi antikorupsi membantu menciptakan asosiasi negatif terhadap korupsi pada tahap awal pembentukan nilai dan karakter individu.

Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral pada awalnya tidak diasosiasikan dengan respon yang dihasilkan. Namun, karena terbentuknya hubungan antara stimulus netral dan stimulus dengan kekuatan respons, stimulus netral  dapat memicu respons serupa dengan  yang ditimbulkan oleh stimulus tak terkondisi etika pengondisian diperkuat.

Eksperimen yang dilakukan Ivan Pavlov pada Behavioral Conditioning

1. Sampel air liur: Pavlov mengasosiasikan bel dengan memberi makanan pada anjing. Pada awalnya, bunyi bel merupakan stimulus netral yang tidak memicu reaksi spesifik dari anjing. Namun, setelah  mengulangi rangsangan ini beberapa kali, anjing mulai mengasosiasikan bel dengan makanan. Hasilnya  setiap kali anjing mendengar bel, mereka mulai mengeluarkan air liur sebagai respons, yang sebelumnya hanya terjadi saat makanan diberikan. 

2. Eksperimen penghambatan: Pavlov melakukan eksperimen di mana dia melatih anjing untuk menekan air liur ketika mereka mendengar bel tanpa makanan. Hal ini menciptakan kondisi di mana anjing dapat mengontrol refleksnya dan menghambat  air liur tanpa adanya rangsangan absolut.

3. Eksperimen Generalisasi Stimulus: Pavlov juga melakukan eksperimen untuk menguji generalisasi stimulus di mana anjing yang dikondisikan dengan membunyikan bel menunjukkan respons terkondisi serupa setelah mendengar suara yang mirip atau identik dengan bunyi bel, meskipun bukan suara sebenarnya. sebuah bel jam Hal ini menunjukkan bahwa anjing dapat menggeneralisasi pembelajarannya dari satu stimulus ke rangsangan serupa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun