Mohon tunggu...
rifan sofyan
rifan sofyan Mohon Tunggu... Mahasiswa - penulis

Mahasiswa Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Soaial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Interpretasi Citra Satelit di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara: Kajian Geospasial dan Potensi Lingkungan

20 Oktober 2024   16:06 Diperbarui: 21 Oktober 2024   01:03 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Airbus Defence & Space Map Vision

Nama : Rifan Sofyan

Nim : 2410416210034

Mata Kuliah : Penginderaan Jauh

Dosen Pengampu : Dr. Rosalina Kumalawati, M.Si.

         Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi penginderaan jauh telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penelitian geospasial, khususnya  analisis lingkungan dan pemantauan penggunaan lahan. Citra satelit telah menjadi alat penting yang memungkinkan para ilmuwan dan perencana wilayah untuk memetakan dan memahami dinamika permukaan bumi dengan lebih baik. Citra satelit dapat digunakan untuk mengidentifikasi informasi penting tentang vegetasi, penggunaan lahan, potensi sumber daya alam,dan dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan. Teknologi ini memberikan sudut pandang lebih luas dan resolusi lebih tinggi, memungkinkan evaluasi area  luas secara efisien dan efektif.Salah satu wilayah yang memiliki keragaman ekosistem dan topografi yang menarik untuk ditelaah melalui pendekatan penginderaan jauh adalah Konawe Utara, Sulawesi Tenggara terletak di pesisir timur Sulawesi dan terkenal dengan kekayaan sumber daya alamnya.

         Maka dari itu saya Rifan Sofyan Mahasiswa Geografi Universitas Lambung Mangkurat menginterpretasikan tiga jenis citra untuk lebih dalam memahami potensi dan keadaan suatu lingkungan. Dalam artikel ini, saya mengkaji tiga citra satelit di wilayah Konawe Utara dengan menginterpretasikan masing-masing citra menggunakan sembilan unsur  citra penginderaan jauh. Keputusan berdasarkan data geospasial yang akurat akan membantu menciptakan kebijakan yang lebih berkelanjutan, yang mempertimbangkan kebutuhan pembangunan ekonomi dengan tetap mempertimbangkan perlindungan lingkungan. Tambang, batuan, dan lapangan terbuka. Setiap gambar diinterpretasikan untuk mengeksplorasi aspek penggunaan lahan, interaksi manusia-lingkungan, dan potensi dampak terhadap ekosistem sekitar.

1. Citra Satelit Pleiades-1B di Konawe Utara

Berikut interpretasi citra berdasarkan sembilan unsur citra penginderaan jauh.

1. Rona (Tone)

Objek Permukiman :

  • Rona pada permukiman didomnasi warna merah bata,oren, dan biru. Menunjukkan penggunaan bahan atap seperti genteng atau logam dengan warna terang. Beberapa bangunan juga memiliki rona putih atau lebih terang, menunjukkan perbedaan bahan atap bangunan.

Objek Jalan :

  • Jalan pada citra ini memiliki rona abu-abu atau putih yang lebih terang dibandingkan rona bangunan dan vegetasi. Menunjukkan permukaan jalan terbuat dari material aspal dan beton. Rona lebih terang lebih mudah dibedakan dari objek lain.

Objek Pohon :

  • Objek pada pohon ini didominasi oleh rona hijau,  mulai dari hijau tua hingga hijau muda.
  • Hijau tua menandakan kawasan dengan pepohonan lebat atau vegetasi yang lebat, dan hijau muda menandakan kawasan dengan vegetasi jarang atau ruang terbuka dengan vegetasi tipis.Variasi warna hijau ini membantu mengidentifikasi kawasan dengan kepadatan pohon  berbeda dan membedakannya dari kawasan pemukiman dan jalan raya.

2. Warna (Color)

Objek Permukiman :

  • Objek permukiman memiliki warna  merah bata, oren terang, biru. Merupakan karakteristik umum bangunan atap genteng, logam atau atap metal berwarna.  Menunjukkan area bangunan di area pusat citra yang membentuk lingkaran.

Objek Jalan :

  • Jalan pada gambar ini tampak dalam warna putih terang atau abu-abu , membuatnya lebih jelas di tengah vegetasi dan bangunan.

Objek Pohon :

  • Pohon dan vegetasi memiliki warna gradasi hijau, mencerminkan kerapatan dan tipe vegetasi.

3.  Bentuk (Shape)

Objek Permukiman :

  • Bentuk objek permukiman cenderung segi empat atau persegi panjang, khas dari bangunan rumah atau gedung. Lingkaran di pusat tampaknya merupakan fasilitas publik atau lapangan yang diatur secara simetris.

Objek Jalan :

  • Bentuk jalan tampak lurus untuk jalan utama, dengan beberapa percabangan yang melingkar mengikuti pola permukiman, terutama di sekitar area lingkaran pusat. Jalan utama cenderung linear, sementara jalan lokal lebih melengkung mengikuti pola perumahan.

Objek Pohon :

  • Bentuk pohon pada citra ini tampak tidak beraturan (irregular), sesuai dengan pola alami kanopi pohon. Kanopi pohon besar terlihat lebih bulat atau oval, sementara pohon kecil mungkin tidak jelas secara individual tetapi terlihat dalam kelompok.

4. Ukuran (Size)

Objek Permukiman :

  • Ukuran bangunan bervariasi tergantung pada fungsinya. Bangunan di bagian tengah yang berada di area lingkaran nampak lebih besar, dengan luas atap yang cukup signifikan dibandingkan bangunan di tepi.
  • Rumah-rumah di sekitar area permukiman tampak lebih kecil, dengan ukuran yang lebih seragam dan mencerminkan bangunan hunian dengan ukuran yang lebih sederhana.
  • Ukuran rata-rata rumah diperkirakan sekitar 6–10 meter di setiap sisi, sementara gedung-gedung besar di pusat lingkaran mungkin memiliki dimensi lebih dari 20 meter di setiap sisi.

Objek Jalan :

  • Ukuran jalan utama di bagian bawah citra tampak cukup lebar, mungkin mencapai 6–8 meter, menunjukkan bahwa itu adalah jalan utama yang berfungsi sebagai akses utama untuk mobil dan motor.
  • Jalan-jalan sekunder di sekitar permukiman tampak lebih sempit, diperkirakan lebarnya sekitar 3–4 meter, yang cocok untuk jalan lokal di dalam permukiman.
  • Jalan-jalan yang lebih kecil memiliki ukuran yang cukup untuk dua arah kendaraan atau bahkan hanya satu arah untuk area yang lebih terpencil.

Objek Pohon :

  • Pohon memiliki ukuran kanopi yang beragam, dari pohon besar dengan kanopi lebar hingga vegetasi yang lebih kecil di sekitar rumah.

5. Tekstur (Texture)

Objek Permukiman :

  • Permukiman memiliki tekstur halus hingga agak kasar karena permukaan atap yang berbeda-beda dan variasi vegetasi di sekitarnya.

Objek Jalan:

  • Tekstur jalan terlihat halus, mengindikasikan permukaan yang rata seperti aspal atau beton. Jalan utama lebih menonjol dengan permukaan yang bersih dan padat dibandingkan dengan jalan kecil yang mungkin lebih kasar.

Objek Pohon :

  • Tekstur pohon cenderung kasar, terutama pada area yang padat dengan banyak vegetasi. Area dengan pohon besar menghasilkan tekstur kasar yang menunjukkan kerapatan dedaunan, sementara area dengan pohon kecil atau vegetasi rendah cenderung lebih halus.

6. Pola (Pattern)

Objek Permukiman :

  • Pola permukiman terlihat terorganisir, terutama di sekitar area lingkaran pusat. Jalan-jalan membentuk pola radial, yang biasanya menunjukkan tata letak terencana.

Objek Jalan :

  • Pola jalan terlihat terorganisir dengan struktur radial yang jelas di sekitar lingkaran pusat. Jalan utama nampaknya menghubungkan area inti permukiman dengan area di luar gambar. Jalan-jalan sekunder menyebar dari lingkaran pusat, dengan cabang-cabang yang melayani akses ke rumah-rumah.

Objek Pohon :

  • Pola distribusi pohon tidak teratur dan tersebar di berbagai bagian area, terutama di tepi permukiman. Pohon cenderung berkumpul dalam kelompok di sekitar bangunan dan di area terbuka yang tidak terbangun. Area hijau di sekitar lingkaran pusat menunjukkan adanya pepohonan dalam pola yang lebih terorganisir.

7. Bayangan (Shadow)

Objek Permukiman :

  • Bayangan bangunan tampak jelas pada beberapa area, memberikan indikasi tinggi bangunan. Bayangan lebih panjang menunjukkan bangunan lebih tinggi.

Objek Jalan :

  • Bayangan pada objek jalan relatif minim, yang menunjukkan jalan berada di area yang datar dan tidak terlalu terpengaruh oleh elevasi atau bangunan di sekitarnya.

Objek Pohon :

  • Pohon besar menghasilkan bayangan yang terlihat jelas di beberapa bagian citra, yang menunjukkan bahwa pohon tersebut memiliki ketinggian yang cukup signifikan. Bayangan pohon membantu mengidentifikasi tinggi dan kepadatan vegetasi.

8. Situs (Site)

Objek Permukiman :

  • Permukiman ini berada di daerah dengan vegetasi di sekitarnya, yang mungkin menunjukkan wilayah pedesaan atau pinggiran kota.

Objek Jalan :

  • Jalan terletak di tengah-tengah permukiman dan menjadi penghubung utama antarbangunan dan fasilitas di sekitar area tersebut. Lokasinya sangat strategis, menghubungkan rumah-rumah dengan gedung-gedung utama dan jalan utama yang lebih besar.

Objek Pohon :

  • Pohon-pohon cenderung berada di area yang tidak terbangun atau di tepi permukiman. Beberapa pohon juga tampak berada di sekitar rumah atau gedung sebagai bagian dari lanskap atau penghijauan.

9. Asosiasi (Association)

Objek Permukiman :

  • Gedung-gedung besar di tengah lingkaran bisa diasosiasikan dengan fasilitas publik seperti kantor pemerintahan atau sekolah, sedangkan rumah-rumah di sekitarnya kemungkinan merupakan permukiman warga.

Objek Jalan :

  • Jalan sering diasosiasikan dengan bangunan di sekitarnya. Jalan utama kemungkinan menjadi akses utama menuju bangunan-bangunan besar di tengah lingkaran, sementara jalan-jalan kecil di sekitarnya berfungsi sebagai akses ke rumah-rumah.

Objek Pohon :

  • Pohon biasanya diasosiasikan dengan area terbuka, seperti taman atau pekarangan rumah. Di sekitar area lingkaran pusat, vegetasi mungkin digunakan untuk fungsi penghijauan atau estetika, sedangkan pohon di pinggir permukiman dapat berfungsi sebagai pelindung atau penyaring angin.

2. Citra Satelit Pankromatik di Konawe Utara

Airbus Defence & Space Map Vision
Airbus Defence & Space Map Vision

Berikut interpretasi citra Pleiades 1-Bpankromatik berdasarkan sembilan unsur citra penginderaan jauh.

1. Rona (Tone)

Objek Permukiman :

  • Tingkat kecerahan pada citra yang dihasilkan oleh objek-objek di permukaan bumi. Pada citra hitam putih ini, rumah dan bangunan umumnya akan memiliki rona yang lebih terang dibandingkan vegetasi di sekitarnya, yang berwarna lebih gelap.

Objek Jalan :

  • Jalan biasanya memiliki rona yang lebih terang atau lebih gelap dibandingkan dengan objek sekitarnya, tergantung pada material jalan (aspal, beton, atau tanah). Pada citra hitam putih, jalan beraspal mungkin tampak lebih gelap dibandingkan vegetasi atau bangunan di sekitar.

Objek Pohon :

  • Pohon pada citra hitam putih biasanya memiliki rona yang lebih gelap dibandingkan dengan bangunan atau jalan, terutama karena kanopi pohon lebih menyerap cahaya. Rona pohon dapat bervariasi tergantung pada jenis dan kepadatan vegetasinya.

2. Warna (Color)

Objek Permukiman :

  • Pada citra hitam putih, elemen warna tidak dapat dianalisis, namun rona menggantikan peran warna untuk mengidentifikasi objek.

Objek Jalan :

  • Sama seperti rona, dalam citra hitam putih, warna tidak dapat diidentifikasi secara langsung. Rona jalan dapat membantu membedakan jenis material yang digunakan untuk jalan.

Objek Pohon :

  • Meskipun citra hitam putih tidak menampilkan warna, pohon biasanya ditafsirkan sebagai area dengan rona lebih gelap, mewakili dedaunan yang lebat. Pada citra berwarna, hijau biasanya mendominasi area pohon.

3.  Bentuk (Shape)

Objek Permukiman :

  • Bentuk objek permukiman tampak sebagai bangunan persegi atau persegi panjang yang teratur. Bentuk ini menandakan adanya struktur buatan manusia.

Objek Jalan :

  • Jalan biasanya memiliki bentuk linier atau melengkung. Jalan utama mungkin tampak lebih lebar, sementara jalan sekunder atau gang mungkin lebih sempit.

Objek Pohon :

  • Pohon seringkali memiliki bentuk yang bulat atau tidak beraturan dalam citra. Kanopi pohon yang lebih tua atau besar biasanya lebih jelas berbentuk bulat, sementara pohon yang lebih muda atau kecil mungkin berbentuk lebih tidak teratur.

4. Ukuran (Size)

Objek Permukiman :

  • Ukuran bangunan-bangunan yang ditampilkan di citra ini dapat dibandingkan antara satu sama lain untuk menentukan jenis bangunan. Bangunan besar dapat menunjukkan bangunan komersial atau fasilitas umum, sedangkan yang kecil kemungkinan adalah rumah.

Objek Jalan :

  • Lebar dan panjang jalan dapat diidentifikasi dari citra. Jalan utama cenderung lebih lebar, sementara jalan kecil atau gang cenderung lebih sempit dan lebih pendek. Ukuran ini bisa membantu menentukan jenis jalan (jalan raya, jalan lingkungan, atau jalan akses).

Objek Pohon :

  • Ukuran pohon pada citra dapat bervariasi tergantung pada spesies dan usia pohon. Pohon besar akan terlihat lebih jelas dengan kanopi yang lebar, sementara pohon kecil mungkin tampak sebagai titik gelap kecil

5. Tekstur (Texture)

Objek Permukiman :

  • Tekstur citra ini cukup halus di area permukiman, yang menunjukkan permukaan keras seperti atap dan jalan. Sementara, area yang lebih kasar menunjukkan vegetasi atau tanah kosong.

Objek Jalan:

  • Jalan yang beraspal cenderung memiliki tekstur halus pada citra, sementara jalan tanah atau jalan dengan permukaan kasar mungkin terlihat memiliki tekstur lebih kasar.

Objek Pohon :

  • Pohon pada citra sering kali menampilkan tekstur kasar, terutama jika kanopi pohon terlihat lebat. Pohon dengan dedaunan rapat menunjukkan tekstur kasar, sementara pohon dengan daun jarang atau jenis tanaman tertentu mungkin terlihat lebih halus.

6. Pola (Pattern)

Objek Permukiman :

  • Pola permukiman cenderung grid atau linier, mengikuti jalan yang terbentuk di tengah citra. Pola ini mengindikasikan tata letak permukiman yang terorganisir.

Objek Jalan :

  • Jalan membentuk pola jaringan yang biasanya terhubung dengan permukiman atau infrastruktur lainnya. Pola grid atau linier adalah umum di daerah perkotaan, sedangkan pola yang lebih melengkung mungkin ditemukan di daerah perbukitan atau pedesaan.

Objek Pohon :

  • Pohon biasanya membentuk pola alami yang tidak teratur di hutan atau taman. Di daerah perkotaan, pohon mungkin ditanam dalam pola yang lebih teratur, misalnya di sepanjang jalan atau taman kota.

7. Bayangan (Shadow)

Objek Permukiman :

  • Bayangan membantu memperkirakan ketinggian bangunan. Bayangan panjang menunjukkan adanya bangunan yang lebih tinggi, sementara bayangan pendek menunjukkan bangunan yang lebih rendah.

Objek Jalan :

  • Bayangan pada jalan biasanya kecil atau minim, namun bayangan yang dihasilkan oleh pohon atau bangunan di tepi jalan bisa membantu menentukan lebar jalan dan menunjukkan fitur di sepanjang jalan.

Objek Pohon :

  • Bayangan yang dihasilkan oleh pohon memberikan petunjuk tentang tinggi pohon. Bayangan pohon besar biasanya panjang dan tajam, terutama jika diambil pada sudut yang rendah dari matahari, sementara bayangan pohon kecil lebih pendek.

8. Situs (Site)

Objek Permukiman :

  • Lokasi permukiman ini terlihat berada di area yang lebih datar, dikelilingi oleh beberapa lahan terbuka atau vegetasi.

Objek Jalan :

  • Jalan biasanya terletak di tempat yang strategis dan menghubungkan permukiman, kawasan komersial, atau infrastruktur lain. Jalan bisa ditemui di area datar atau mengikuti kontur bukit di daerah pegunungan.

Objek Pohon :

  • Pohon sering kali ditemukan di daerah dengan kondisi lingkungan yang sesuai, seperti taman, pinggir jalan, atau lahan terbuka. Pohon juga bisa menjadi pembatas alami di sekitar permukiman atau lahan pertanian.

9. Asosiasi (Association)

Objek Permukiman :

  • Asosiasi dapat memberikan petunjuk tentang fungsi suatu bangunan atau area. Misalnya, bangunan besar yang berada di dekat jalan utama kemungkinan adalah sekolah atau fasilitas umum.

Objek Jalan :

  • Jalan biasanya berasosiasi dengan bangunan, permukiman, atau fasilitas umum seperti jembatan, persimpangan, dan fasilitas transportasi. Keberadaan jalan utama bisa menunjukkan adanya aktivitas ekonomi atau mobilitas yang tinggi di kawasan tersebut.

Objek Pohon :

  • Pohon biasanya berasosiasi dengan fitur lingkungan alami lainnya seperti sungai, lahan terbuka, atau hutan. Di lingkungan perkotaan, pohon sering diasosiasikan dengan taman, jalan, atau pekarangan rumah.

3. Citra Satelit Spot-6 di Konawe Utara

Airbus Defence & Space Map Vision
Airbus Defence & Space Map Vision

Berikut interpretasi citra spot-6 berdasarkan sembilan unsur citra penginderaan jauh.

1. Rona (Tone)

Objek Hutan :

  • Rona objek hutan pada citra ini cenderung sedang hingga gelap, yang menandakan bahwa vegetasi di area tersebut cukup lebat dan memiliki kerapatan yang tinggi. Rona yang lebih gelap bisa juga mengindikasikan pepohonan yang tinggi atau kerapatan daun yang besar.

Objek Laut :

  • Gelap, menandakan kedalaman air yang lebih besar.

Objek Tambang Terbuka :

  • Cerah, mungkin menujukkan material tambang yang terlihat.

2. Warna (Color)

Objek Hutan :

  • Warna yang dominan pada hutan ini adalah hijau tua. Warna hijau pada citra satelit umumnya menunjukkan area vegetasi, dan hijau tua biasanya mengindikasikan vegetasi yang lebih padat atau lebih tua.

Objek Laut :

  • Biru tua.

Objek Tambang Terbuka :

  • Kuning kecokelatan.

3.  Bentuk (Shape)

Objek Hutan :

  • Bentuk area hutan pada citra ini tidak teratur, menyesuaikan dengan kontur alam seperti lereng bukit, pegunungan, dan lembah. Tidak ada batas tegas karena ini adalah area alami yang mengikuti topografi.

Objek Laut :

  • Tidak teratur, menyesuaikan kontur garis pantai.

Objek Tambang Terbuka :

  • Cenderung geometris dan teratur oleh aktivitas manusia.

4. Ukuran (Size)

Objek Hutan :

  • Ukuran area hutan cukup luas, mencakup sebagian besar wilayah yang terlihat di citra. Ukurannya dapat bervariasi, namun hutan yang ditunjukkan mencakup area signifikan.

Objek Laut :

  • Luas dengan jangkauan signifikan.

Objek Tambang Terbuka :

  • Cukup besar dan terlihat jelas dari citra.

5. Tekstur (Texture)

Objek Hutan :

  • Tekstur objek hutan pada citra ini tampak kasar. Tekstur kasar pada citra satelit biasanya menunjukkan area dengan vegetasi tinggi atau rimbun seperti pohon-pohon besar, di mana tajuk pohon menciptakan variasi tinggi yang terlihat jelas di permukaan.

Objek Laut :

  • Halus, tidak banyak menunjukkan banyak detail.

Objek Tambang Terbuka :

  • Halus di beberapa bagian yang telah diproses, kasar di lain.

6. Pola (Pattern)

Objek Hutan :

  • Pola dari hutan ini tidak teratur, mengikuti alur alamiah dari lanskap seperti aliran sungai, bukit, atau gunung. Tidak ada pola geometris yang menunjukkan campur tangan manusia yang signifikan di area ini.

Objek Laut :

  • Tidak ada pola yang menonjol.

Objek Tambang Terbuka :

  • Pola geometris yang dibuat oleh manusia.

7. Bayangan (Shadow)

Objek Hutan :

  • Bayangan yang terlihat pada citra ini muncul karena pepohonan tinggi dan kontur wilayah yang berbukit. Bayangan biasanya jatuh pada sisi yang tidak terkena sinar matahari langsung, membantu mempertegas bentuk dan ketinggian objek.

Objek Laut :

  • Tidak ada bayangan yang signifikan, tetapi perbedaan rona bisa saja terjadi karena refleksi cahaya.

Objek Tambang Terbuka :

  • Sedikit bayangan yang dihasilkan oleh perbedaan ketinggian permukaan.

8. Situs (Site)

Objek Hutan :

  • Hutan ini berada di wilayah perbukitan atau dataran tinggi, seperti yang terlihat dari kontur alam dan posisi relatif terhadap elemen lain pada citra seperti laut dan area terbuka. Situs ini juga mungkin berdekatan dengan sumber air atau ekosistem lain yang menunjang pertumbuhan vegetasi lebat.

Objek Laut :

  • Berada disebelah daratan, menyesuaikan topografi pantai.

Objek Tambang Terbuka :

  • Terletak pada perbukitan atau dataran tinggi.

9. Asosiasi (Association)

Objek Hutan :

  • Asosiasi dari hutan ini berhubungan dengan ekosistem alami yang mendukung keberadaan fauna, flora, serta sumber daya alam lainnya. Hutan tersebut juga mungkin berasosiasi dengan area konservasi atau bagian dari sistem penyangga untuk melindungi tanah dari erosi di lereng perbukitan.

Objek Laut :

  • Berhubungan dengan ekosistem pantai dan karang, mendukung kehidupan sehari-hari.

Objek Tambang Terbuka :

  • Berhubungan dengan aktivitas manusia seperti penambangan dan pengelolaan sumber daya alam.

Kelebihan dan Kekurangan Tiga Jenis Citra Tersebut Yaitu :

1. Citra Pleiades 1-B

Kelebihan:

1. Resolusi Tinggi: Resolusi spasial 50 cm memungkinkan detail yang cukup baik, seperti bangunan, jalan, dan vegetasi.
2. Warna Natural: Menampilkan objek dengan warna natural (seperti terlihat oleh mata manusia), sehingga mudah diinterpretasikan.
3. Pemantauan Area Luas: Cocok untuk analisis tata ruang wilayah yang luas, seperti perencanaan kota, infrastruktur, atau survei lahan.
4. Keakuratan Geografis: Skala 1:5000 memberikan keakuratan yang tinggi untuk pemetaan detail, cocok untuk perencanaan dan pembangunan lokal.

Kekurangan:

1. Detil Mikro Terbatas: Meskipun resolusi 50 cm cukup baik, objek sangat kecil (seperti individu orang atau benda kecil) mungkin tidak terlihat dengan jelas.
2. Pengaruh Cuaca dan Waktu: Citra optik ini bergantung pada kondisi cuaca (awan, kabut) dan waktu pengambilan gambar (siang atau malam), sehingga mungkin tidak selalu bisa diambil kapan saja.
3. Biaya Akses Citra: Citra satelit beresolusi tinggi biasanya mahal dan memerlukan lisensi khusus, yang bisa menjadi hambatan bagi penggunaan secara luas.

2. Citra Pleiades 1B Pankromatik

Kelebihan :

1. Citra Pleiades 1B pankromatik memiliki resolusi spasial 0,5 meter, yang memberikan detali visual yang sangat tajam.
2. Meskipun memiliki tampilan hitam putih, resolusi tinggi ini memungkinkan identifikasi objek dengan lebih mudah dibandingkan dengan citra multispektral.
3. Band pankromatik berada pada panjang gelombang yang lebih lebar, mulai dari visible hingga near-infrared, yang membantu dalam pengumpulan informasi yang komprehensif tentang permukaan Bumi.

Kekurangan :

1.  Citra pankromatik hanya memiliki satu saluran, sehingga tidak seperti citra multispektral yang bisa menampilkan beragam warna dan informasi spektral yang lebih kompleks.
2. citra pankromatik ditampilkan dalam format hitam putih, yang dapat membuat visi visual dari citra menjadi kurang intuitif bagi banyak orang.

3. Citra spot 6

Kelebihan :

1. Resolusi tinggi, Mencapai 1,5 meter untuk citra panchromatic, memungkinkan identifikasi objek kecil.
2. Beragam spektrum, Menyediakan data dalam spektrum tampak dan inframerah, berguna untuk analisis permukaan.
3. Frekuensi pengambilan tinggi, Memungkinkan pemantauan perubahan secara berkala.

Kekurangan :

1. Biaya tinggi, Penggunaan data satelit ini relatif mahal.
2. Keterbatasan akses data, Terkadang sulit mengakses data di area tertentu.
3. Kualitas tergantung kondisi, Kualitas citra dapat dipengaruhi oleh cuaca dan sudut pandang.

 Kesimpulan 

Ketiga gambar interpretasi ini memberikan gambaran detail penggunaan lahan di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.Meskipun wilayah ini memiliki potensi besar dalam hal sumber daya alam dan ekosistem pesisir, wilayah ini juga menghadapi tantangan lingkungan akibat aktivitas manusia seperti pertambangan.Menafsirkan citra satelit memungkinkan kita untuk lebih memahami bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan dan bagaimana pengelolaan yang tepat dapat membantu melestarikan ekosistem penting seperti hutan dan terumbu karang.Penggunaan teknologi penginderaan jauh  sangat penting dalam perencanaan pembangunan  berkelanjutan di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun