"Pengen apa?"
"Pengen jadikan mantu."
Mardi buru-buru menutup mulut Mak, soalnya Herman tiba-tiba berdiri di belakang mereka sambil membawa sekantong kresek mangga. "Kelupaan mangga muda mak di mobil. Mak sedang ngidam, ya? Sama dong dengan Mak saya."
"Wah, itu artinya jodoh." Mak mematuk-matukkan dua jari telunjukkan gemes. Wajah Mardi bersemu merah. Herman tertawa sambil menggaruk-garuk kepalanya.
***
Pagi masih muram. Hujan gerimis turun pelan-pelan. Mak tak seperti biasanya mendadak kalem. Nasi goreng sudah terhidang di meja makan. PAM ngocor sangat deras. Â Mardi juga terlihat lebih feminin. Soal cantik, dari dulu dia sudah cantik, tapi tomboy.
"Pinjam parfumnya, Mak?" Â Â Â Â
"Apa mekanik perlu parfum, Mar? Biasanya mekanik itu memakai parfum oli. Lagi jatuh cinta, ya?"
"Ah, Mak. Nggak enak sama pelanggan. Mekanik boleh memakai parfum juga, kan?"
Sekonyong terdengar suara klakson. Mak buru-buru mengintip dari jendela. Dia tersenyum senang. Ternyata ada Herman di halaman depan. Buru-buru Mak mempersilahkannya masuk, dan sarapan sama-sama. Untung si mak cukup banyak memasak nasi goreng.
"Bapak mana, Mak?" tanya Herman.