Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerita Tentang Hujan] Hujan Bulan Februari

8 Februari 2020   05:31 Diperbarui: 24 Agustus 2020   06:35 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

"Bukan di pasar, tapi di mall. Ayolah, adik kau yang pengen."

"Adik?" gumam Mardi bingung. Melihat perempuan itu menunjuk ke arah perutnya sendiri, Mardi mulai paham sekaligus agak kesal. Kenapa sih bakal adiknya baru muncul setamat dia SMK? Bagaimana kalau kelak orang-orang menebak kalau si adik itu sepupunya? Kan malu!

"Jangan pikir macam-macam, Mar. Terima saja amanah dari Allah." Mak seakan tahu apa yang ada di batok kepala anaknya.

"Iya, iya. Ngerti!" Mardi tak ingin memperuncing masalah. Dia melesat membelah suasana kota yang mulai mendung. Bisa berabe bila hujan turun lagi. Mangga muda tak dapat, omelan mak juga akan tayang semalam suntuk seperti tanggapan wayang kulit.

Nomong-nomong apakah di mall ada mangga muda? Perasaan semua mangga yang dipajang di situ mangga masak semua. Haruskah Mardi mengelilingi seluruh kota untuk mencarinya? Mak, Mak, sekali-kali memberikan tugas yang menyenangkan hati dong.

Dan apes itu tetap setia mengikuti langkah Mardi. Si mbak penjual menggoda, "Lagi ngidam, ya!"

"Iya, mak aku." Dia cemberut. Si Mbak hendak menyambung omongannya, tapi Mardi sudah beranjak ke luar mall. Eh, ternyata hujan turun deras. Nah, kan? Mardi hanya bisa merengut sambil memukul angin. Memukul angin? Hei, sejak kapan angin bisa bersuara ketika dipukul? Mardi ketakutan ketika angin itu adalah seorang lelaki yang merah pipinya akibat ditonjok.

"Mau mukul lihat-lihat, tau!" Lelaki itu merengut. Mardi malahan berteriak senang sambil mendaratkan pukulan pelan ke pipi kiri si lelaki. Mungkin maksudnya biar bekas pukulan itu tak gimbal. Sebelah kanan ada, sebelah kiri juga harus ada.

"Herman! Ini kau, ya? Waduh lama kita tak jumpa."

"Mar! Ini kau? Aku mau...." Herman tak jadi melanjutkan omongannya karena sudah diseret Mardi ke bangku di pojokan mall. Di sana Mardi  tak bertanya macam-macam layaknya orang yang bertemu setelah sekian lama terpisah.  Tapi dia hanya membuat pusing Herman tentang mak. Tentang mangga muda. Tentang a.... Oh, tak jadi, dia malu.

"Begitulah, Man. Di mana dong mencari mangga muda senja begini? Mana hujan lagi. Selalu saja hujan membuatku kesal."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun