Hasilnya, Mardi hanya bisa mengacungkan tinju ke arah mobil brengsek itu. Hasil lainnya, dia terpaksa menerima omelan kepala bengkel. Hari pertama kerja sudah terlambat. Bagaimana dia bisa lolos masa percobaan selama tiga bulan?
Hari itu memang hari sialnya. Dia benci hujan. Andai saja hujan tak turun semalaman, mungkin dia bisa bangun cepat. Andai saja hujan tak membuat genangan air di jalan, dia barangkali tak berurusan dengan mobil brengsek itu. Awas pembalasan Mardi! Belum tahu, dia itu jago karate. Kesal, Mardi menghantam ban motor yang sedang dia perbaiki.
"Apalagi?" Kepala bengkel melotot.
"Eh, aku teringat lagi latihan karate."
"Gundulmu! Kerja yang benar!"
Mardi salah tingkah. Masih muda kok pemarah! Cepat tua tahu!
Seseorang mengintip Mardi dari jendela kaca sambil tersenyum.
***
Mardi masih kesal senja itu. Daripada merutuk terus, dia memilih rebahan sambil bersiul-siul menyenangkan hati. Tantangan bekerja adalah hari pertama. Jika enjoy melakukannya, mudah-mudahan ke depan berjalan baik-baik saja
"Eh, pamali selepas ashar tiduran." Mak mengomel lagi. Wajahnya menyembul di sela pintu. Mardi hampir tertawa melihat perempuan itu maskeran. Ternyata dia juga ingin terlihat cantik. Bukankah cantik itu luka? Entah di mana Mardi pernah membaca kalimat itu. "Bantu Mak belanja mangga muda, ya?" Akhirnya Mardi menelan rasa ingin tertawanya.
"Mangga muda? Jam segini pasar sudah tutup, Mak." Jurus ngeles Mardi mulai keluar.