T2-7. Koneksi Antar Materi - Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya
Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya: Konsep dan Kontribusi Ki Hadjar Dewantara
Ricky Mardianto -- 2302114960
Pendidikan dan nilai sosial budaya adalah dua hal yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Pendidikan memiliki peran penting dalam internalisasi nilai-nilai sosial budaya kepada peserta didik. Dengan pendidikan yang baik, peserta didik akan memiliki pemahaman dan kesadaran yang tinggi terhadap nilai-nilai sosial budaya, sehingga mereka dapat berperilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial.Â
Sebaliknya, nilai sosial budaya juga memiliki pengaruh dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Nilai sosial budaya dapat menjadi sumber inspirasi, motivasi, dan orientasi bagi pendidikan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
Salah satu tokoh yang memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan pendidikan yang berbasis nilai sosial budaya adalah Ki Hadjar Dewantara. Beliau merupakan pendiri Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang mengembangkan konsep pendidikan, khususnya sistem among. Sistem among merupakan sistem pembelajaran yang merdeka bagi peserta didik.Â
Karena dalam sistem among, Ki Hadjar Dewantara dipahami sebagai pemeliharaan dan perhatian untuk mendapat pertumbuhan anak lahir dan batin sesuai dengan kodrat. Isinya terangkum dalam asas yang dipakai sampai saat ini di dunia pendidikan, yaitu, ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan sebagai proses untuk memiliki budi pekerti, wawasan luas, dan tanggap terhadap budaya. Tujuannya adalah untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan serta mencapai kebahagiaan sebagai kodrat manusia. Beliau juga menekankan pentingnya pendidikan yang merata dan inklusif bagi semua lapisan masyarakat. Hal ini relevan dengan upaya pemerintah dalam memastikan akses pendidikan yang adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
Pengertian Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya
Pendidikan adalah proses bantuan yang diberikan oleh lingkungan kepada individu agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Nilai sosial budaya adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat dan berbudaya. Nilai sosial budaya mencakup norma, etika, moral, adat, tradisi, kepercayaan, agama, dan lain-lain. Nilai sosial budaya berfungsi sebagai pedoman, acuan, dan pengendali perilaku manusia dalam interaksi sosial.
Hubungan Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya
Pendidikan dan nilai sosial budaya memiliki hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Pendidikan berperan dalam internalisasi nilai-nilai sosial budaya kepada peserta didik (Miftahur, 2017). Melalui pendidikan, peserta didik dapat mempelajari, memahami, dan menghargai nilai-nilai sosial budaya yang ada di lingkungannya. Pendidikan juga dapat membentuk sikap, perilaku, dan kepribadian peserta didik yang sesuai dengan norma-norma sosial.
Sebaliknya, nilai sosial budaya juga berpengaruh dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Menurut (Susilo & Sarkowi, 2018) Nilai sosial budaya dapat menjadi sumber inspirasi, motivasi, dan orientasi bagi pendidikan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Nilai sosial budaya juga dapat menjadi landasan, acuan, dan kriteria bagi pendidikan untuk menilai kualitas dan hasil pembelajaran.
Kontribusi Ki Hadjar Dewantara dalam Pendidikan
Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh pendidikan dan pejuang kemerdekaan Indonesia yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Beliau merupakan pendiri Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang mengembangkan konsep pendidikan, khususnya sistem among (Dewantara, K. H. 1967).Â
Sistem among merupakan sistem pembelajaran yang merdeka bagi peserta didik (Masitoh & Cahyani, 2020). Karena dalam sistem among, Ki Hadjar Dewantara dipahami sebagai pemeliharaan dan perhatian untuk mendapat pertumbuhan anak lahir dan batin sesuai dengan kodrat. KHD mengibaratkan anak seperti bibit tumbuhan yang akan tumbuh dengan baik jika mendapatkan perawatan, air, pupuk, dan tempat yang subur.Â
Anak dilahirkan dengan bakat masing-masing, dan pendidikan harus membantu mereka mengembangkan potensi alam dan zaman yang dimilikinya (Sunarya et al., 2022). Dalam praktiknya, kita harus menghargai keberagaman bakat dan minat anak, memberikan kesempatan untuk eksplorasi, dan mengarahkan mereka menuju pengembangan yang positif.
Ki Hadjar Dewantara mengembangkan asas-asas pendidikan yang terkenal dengan rumusan ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (Zuriah, 2015). Artinya, di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan. Asas-asas ini menggambarkan peran guru dalam mendidik peserta didik dengan menghormati hakikat dan kebebasan mereka.
KHD memandang bahwa pendidikan harus memerdekakan manusia. Anak harus sadar akan kekuatan sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Pendidikan yang memerdekakan mengajarkan kemandirian, tanggung jawab, dan integritas. Di kelas, kita dapat menerapkan pendidikan yang memerdekakan dengan memberikan kebebasan pada anak untuk berbicara, berpendapat, dan mengambil keputusan. Guru harus menjadi fasilitator yang membantu anak mengembangkan potensi diri.Â
Guru harus memimpin, memberi contoh, membangun semangat, dan mendorong siswa agar belajar secara maksimal. Semboyan "Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani" menggambarkan peran guru dalam memberikan teladan dan semangat kepada siswa. Pendidikan yang berpihak pada peserta didik mengutamakan kepentingan siswa, bukan hanya kurikulum atau ujian.
Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan sebagai proses untuk memiliki budi pekerti, wawasan luas, dan tanggap terhadap budaya (Musthofa, 2018). Tujuannya adalah untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan serta mencapai kebahagiaan sebagai kodrat manusia. Beliau juga menekankan pentingnya pendidikan yang merata dan inklusif bagi semua lapisan masyarakat.Â
Hal ini relevan dengan upaya pemerintah dalam memastikan akses pendidikan yang adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Guru harus menuntun segala kekuatan kodrat anak agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Selain itu, pendidikan harus memperhatikan latar belakang sosial dan budaya siswa, serta memberikan kebebasan berfikir dan memilih. Kita dapat menerapkan pendidikan yang menuntun dengan menggali nilai-nilai lokal, mengajarkan sejarah dan budaya, serta menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
Pemahaman Awal tentang Peserta Didik dan Pembelajaran di Kelas
Sebelum saya mempelajari topik ini, saya percaya bahwa peserta didik adalah individu yang unik, dengan kebutuhan, latar belakang, dan kemampuan yang beragam. Saya percaya bahwa peserta didik memiliki potensi dan minat yang berbeda-beda, sehingga mereka memerlukan pendekatan dan bimbingan yang sesuai dengan karakteristik mereka. Saya percaya bahwa peserta didik dapat belajar secara aktif, kreatif, dan mandiri, jika diberikan kesempatan dan fasilitas yang memadai.
Saya juga percaya bahwa pembelajaran di kelas adalah proses interaksi antara guru, peserta didik, materi, dan lingkungan. Saya percaya bahwa pembelajaran di kelas harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang jelas, relevan, dan bermakna. Saya percaya bahwa pembelajaran di kelas harus menggunakan metode, media, dan sumber belajar yang variatif, menarik, dan efektif. Saya percaya bahwa pembelajaran di kelas harus melibatkan partisipasi, kolaborasi, dan komunikasi antara guru dan peserta didik.
Refleksi Pribadi
Setelah mempelajari topik ini, saya menjadi lebih memahami tentang konsep pendidikan dan nilai sosial budaya yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Saya menyadari bahwa pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik. Saya juga menyadari bahwa pendidikan harus mengakomodasi keberagaman peserta didik, baik dalam hal kemampuan, minat, bakat, maupun latar belakang sosial budaya.
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara juga mengubah pemikiran dan perilaku saya sebagai seorang guru. Saya menjadi lebih menghargai hakikat dan kebebasan peserta didik dalam belajar. Saya menjadi lebih berperan sebagai fasilitator, motivator, dan teladan bagi peserta didik. Saya menjadi lebih peduli dengan proses belajar peserta didik, bukan hanya hasil belajar mereka. Saya menjadi lebih berusaha untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, beragam, dan bermakna bagi peserta didik.
Yang dapat segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya merefleksikan pemikiran KHD adalah sebagai berikut:
- Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi kepada peserta didik. Dengan dilakukannya pembelajaran berdiferensiasi, peserta didik akan lebih nyaman belajar karena peserta didik bisa belajar sesuai dengan kemampuan dan keinginannya.
- Menerapkan asas-asas pendidikan yang terangkum dalam rumusan ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Dengan menerapkan asas-asas ini, saya akan memberikan teladan, semangat dan dorongan yang baik bagi peserta didik.
- Menerapkan sistem among dalam pembelajaran. Dengan menerapkan sistem among, saya akan menjaga, membina, dan mendidik peserta didik dengan kasih sayang. Saya juga akan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka.
Rancangan Pembelajaran
Rancangan pembelajaran yang akan saya laksanakan ketika saya melaksanakan PPL I disekolah adalah sebagai berikut.
PEMBELAJARAN INKLUSIF DAN KONTEKSTUAL MATERI FUNGSI KUADRAT
Materi                   : Fungsi Kuadrat
Pendekatan Pembelajaran    : Kontekstual
Tujuan :
- Menghasilkan pembelajaran inklusi dan kontekstual pada materi fungsi kuadrat.
- Menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan berpihak kepada peserta didik.
- Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam materi fungsi kuadrat.
Langkah -- langkah :
- Mengidentifikasi karakteristik dan kebutuhan peserta didik
- Melalui observasi dan tes awal kepada peserta didik sehingga diperoleh gaya belajar, minat, dan tingkat kemampuan peserta didik termasuk peserta didik dengan kebutuhan khusus.
- Merancang Pembelajaran Inklusif
- Menentukan tujuan pembelajaran sesuai dengan kaidah ABCD
- Contoh.
- Peserta didik mampu memahami unsur -- unsur dan sifat -- sifat fungsi kuadrat melalui ppt, geogebra dan diskusi dengan benar.
- Menentukan konten yang relevan dengan lingkungan sekitar dan kehidupan sehari -- hari.
- Contoh.
- Memberikan suatu gambaran mengenai bentuk tiang jembatan dan bola dilembar melambung ke atas.
- Menyusun kegaitan belajar yang beragam dan mengakomodasi berbagai gaya belajar peserta didik.
- Contoh.
- Menyediakan kegiatan belajar individu, kelompok, dan kooperatif berpasangan menggunakan media pembelajaran seperti Gambar, Video Pembelajaran, Geogebra, Â dan Kuis melalui quiziz.
- Menyediakan alternatif penilaian yang sesuai.
- Contoh.
- Menggunakan berbagai bentuk penilaian seperti tes, observasi, presentasi, dan proyek.
- Implementasi Pembelajaran Kontekstual
- Menghubungkan konsep fungsi kuadrat dengan contoh -- contoh konkret di kehidupan sehari -- hari.
- Contoh.
- Memberikan suatu gambar jembatan dan bola yang dilembar membentuk suatu parabola. Peserta didik diajak untuk mencari titik titik dari lintasan atau bentuk dari gambar yang diberikan.
- Memanfaatkan teknologi dan media pembelajaran yang menarik.
- Contoh.
- Peserta diberikan video apersepsi yaitu video pembelajaran dari youtube. Dalam membuktikan bentuk gambar grafik fungsi kuadrat peserta didik diajak untuk memanfaatkan aplikasi geogebra dalam menggambar grafik fungsi kuadrat.
- Mendorong siswa untuk belajar aktif dan kolaboratif.
- Contoh.
- Menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu belajar secara berpasangan dan mempersentasikan hasilnya ke depan kelas, peserta didik saling berdiskusi mengenai hasil dari kelompok lain. Dengan kegiatan ini maka diharapkan timbul gotong royong, kerjasama, dan toleransi kepada sesama.
- Evaluasi dan Refleksi
- Melakukan observasi, tes, penilaian formatif dan sumatif untuk mengukur kemampuan peserta didik dan apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai.
- Melakukan refleksi proses pembelajaran sudahkan berjalan dengan efektif.
- Melakukan perbaikan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi sehingga pembelajaran selanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik.
Kesimpulan
Pendidikan dan nilai sosial budaya adalah dua hal yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Pendidikan memiliki peran penting dalam internalisasi nilai-nilai sosial budaya kepada peserta didik. Dengan pendidikan yang baik, peserta didik akan memiliki pemahaman dan kesadaran yang tinggi terhadap nilai-nilai sosial budaya, sehingga mereka dapat berperilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial.Â
Sebaliknya, nilai sosial budaya juga memiliki pengaruh dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Nilai sosial budaya dapat menjadi sumber inspirasi, motivasi, dan orientasi bagi pendidikan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal.
Salah satu tokoh yang memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan pendidikan yang berbasis nilai sosial budaya adalah Ki Hadjar Dewantara. Beliau merupakan pendiri Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang mengembangkan konsep pendidikan, khususnya sistem among.Â
Sistem among merupakan sistem pembelajaran yang merdeka bagi peserta didik. Karena dalam sistem among, Ki Hadjar Dewantara dipahami sebagai pemeliharaan dan perhatian untuk mendapat pertumbuhan anak lahir dan batin sesuai dengan kodrat. Isinya terangkum dalam asas yang sangat masyhur, yaitu tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarso sung tuladha.
Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan sebagai proses untuk memiliki budi pekerti, wawasan luas, dan tanggap terhadap budaya. Tujuannya adalah untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan serta mencapai kebahagiaan sebagai kodrat manusia. Beliau juga menekankan pentingnya pendidikan yang merata dan inklusif bagi semua lapisan masyarakat. Hal ini relevan dengan upaya pemerintah dalam memastikan akses pendidikan yang adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia.Â
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) mengajarkan pentingnya peran guru sebagai penuntun dan pembebaskan peserta didik. Guru harus memberikan contoh, membangun semangat, dan mendorong siswa agar belajar secara maksimal. Pendidikan yang memerdekakan menghargai potensi alam dan zaman anak, serta berpihak pada kepentingan siswa.Â
Dalam menggali pemikiran KHD, kita dapat memperkaya pendekatan pendidikan kita untuk masa depan yang lebih baik. Saya sebagai calon guru akan menerapkan pembelajaran yang berdasar pada konsep -- konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
Daftar Pustaka
Dewantara, K. H. (1967). Ki hadjar dewantara. Jogjakarta: Majelis Leluhur Taman Siswa.
Masitoh, S., & Cahyani, F. (2020). Penerapan Sistem Among Dalam Proses Pendidikan Suatu Upaya Mengembangkan Kompetensi Guru. Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan, 8(1), 122. https://doi.org/10.31800/jtp.kw.v8n1.p122--141
Miftahur, R. (2017). INTERNALISASI NILAI-NILAI SOSIO-KULTURAL A . Pendahuluan dunia . Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun dipisahkan dari keragaman budaya , adat istiadat , bahasa , dan. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 12(1), 31--56.
Musthofa, F. (2018). Konsep Pendidikan Budi Pekerti Menurut Ki Hadjar Dewantara. i.
Sunarya, I., Nurwahidin, M., & Sudjarwo. (2022). Pandangan Ki Hajar Dewantara dalam Mengkonstruksi Pendidikan Indonesia Pada Abad 21. Jurnal Cakrawala Ilmiah, 2(1), 180--197. http://bajangjournal.com/index.php/JCI
Susilo, A., & Sarkowi, S. (2018). Peran Guru Sejarah Abad 21 dalam Menghadapi Tantangan Arus Globalisasi. Historia: Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah, 2(1), 43. https://doi.org/10.17509/historia.v2i1.11206
Zuriah, N. (2015). PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL (BELAJAR DAN NAPAK TILAS GAGASAN BESAR KI HAJAR DEWANTARA DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KEINDONESIAAN). Prosding Seminar Nasional "Memperkuat Nilai Karakter Keindonesiaan Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015," 1(3), 26--40.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H