Sementara Nesia, salah satu sepupunya memesan makanan. Laras dan tiga orang sepupunya duduk menunggu di meja.
Pengunjung cukup ramai, hingga membuat Nesia harus berdiri pada barisan antrian. Jumlah yang antri lumayan, kira-kira lima sampai enam orang. Laras dan ketiga sepupunya tampak sabar menunggu.
Hampir dua puluh menit, Nesia baru mendapat pelayanan dari kasir. Laras dan ketiga sepupunya tampak menunjukkan wajah yang legah. Rasa lapar sudah tak tertahankan lagi, gumam mereka dalam hati masing-masing. Tiba-tiba Nesia melambai, dengan sigap Laras bergerak cepat menuju kasir untuk membantu sepupunya itu membawa pesanan mereka.
Buk! Laras tanpa sengaja telah menabrak seseorang.
"Laras...? Bisiknya tak percaya.
"Kamu..., kamu pasti Rio?" Laras balik bertanya.
Cowok itu tersenyum lebar. Keempat sepupu Laras saling berpandangan satu sama lain. Kemudian tampak Laras menarik lengan Rio dan mengajaknya mendekat ke meja sepupunya.
"Kenalin, ini Rio teman aku dulu di SD, akhir semester satu kelas enam ia dan keluarga pindah ke kota ini. Dan sekarang baru kami bisa saling bertemu," ucap Laras panjang lebar.
Ketiga sepupunya tampak terkesima. Laras dan Rio jadi salah tingka.
"Udah lama banget kan, terus waktu itu kalian masih kecil. Tapi Laras masih ingat kejadian itu?" Sofie akhitnya membuka suara. Pipi merona tampak terlihat di wajah Laras.
"Ayo, silahkan duduk," ucap Brenda sambil berdiri. Dan Ayu dengan sigap menarik salah satu kursi pada meja kosong disamping mereka, kemudian menyodorkannya pada Rio.