Rio mengangguk sambil tersenyum.Â
Dea kembali menatap Laras, kali ini dengan sinar mata kecewa yang ditujukan pada sahabatnya itu. Laras tertunduk, tak mampu menerima sorot tajam yang menghujam sampai lubuk hatinya yang paling dalam.
Dea membuka mulut, namun tak satu kata pun ia ucapkan, kemudian berbalik dan membuka pintu mobil yang sejak tadi menunggu.
"Dea, tunggu...," ucap Laras sambil berusaha meraih lengan sahabatnya itu. Namun dengan cepat Dea menepis.
"Jalan Pak!" ucapnya kepada Pak Sukirman setelah duduk dan menutup pintu. Sementara Laras dan Rio hanya terpaku melihat Dea pergi begitu saja.
* * *
Awal tahun kelas 11, Dea dan Laras sedang duduk di kantin pada saat istirahat jam pelajaran. Suasana kantin belum terlalu ramai, hanya dikunjungi empat sampai enam orang saja. Tiba-tiba Dea merogoh saku roknya dan mengeluarkan sesuatu.
"Nih, aku pinjamin flashdisk," ucap Dea sambil menyeruput minumannya
"Isinya apa, sih?" Tanya Laras.
"Foto-foto kita waktu di SD yang sudah aku scan," jawab Dea.
"Aku jadi ingat Rio." Laras tersedak mendengar ucapan Dea, minuman yang diteguknya muncrat kemana-mana.