Sejenak, senyum Rasulullah mengembang. Lalu, beliau berusaha menghibur pemilik kijang itu, "Aku tak punya niat untuk merebut kijang milikmu ini. Sama sekali tidak ada niatan untuk itu. Aku hanya merasa iba pada kijang buruanmu itu."
Ucapan Rasulullah seketika itu membuat luluh hati pemburu itu. Ia merasa sangat bersalah telah menistakan makhluk ciptaan Allah yang indah itu. Lalu, dengan segenap penyesalan ia pun meminta maaf kepada kijang itu dan menyerahkan kijang buruannya itu kepada Rasulullah. "Aku kira, aku telah berbuat salah besar dalam hidupku. Untuk menebus rasa salahku ini, aku serahkan kijang ini kepadamu, wahai engkau yang senantiasa diliputi cahaya," ucap pemburu itu kepada Rasulullah.
Rasulullah tersenyum. Lalu berkata, "Allah telah memuliakanmu, wahai saudaraku yang berhati lembut. Dan suatu kelak, anak-anak kijang ini akan mengenang kebaikanmu karena kau telah membebaskan ibu mereka dan membiarkan mereka hidup dalam kasih sayang dan dinaungi cinta. Dan kau, kijang yang berhati samudra, lekaslah kau temui anak-anakmu. Hiduplah bersama mereka. Mereka lebih membutuhkanmu."
Sesaat itu pula, rasa haru menyeruak dan menyembul dari sanubari terdalam sang pemburu itu, juga pada kijang itu. Binar mata kijang itu tampak berkilauan. Berkaca-kaca ia menatap wajah Rasulullah. Saat itu pula, ia mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Rasulullah, "Aku bersaksi tiada ada Tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi nabi Muhammad adalah utusan Allah!"
Setelah ia mengucapkan syahadat, kijang itu lantas berpamitan dan segera meninggalkan Rasulullah. Dengan riang ia berlari menjumpai anak-anaknya di balik bukit itu. Rasul pun melambaikan tangan kepada kijang itu, seraya berucap, "Allah akan senantiasa menjagamu, wahai kijang yang penuh kasih sayang."
Menyaksikan kasih sayang yang ditunjukkan Rasulullah, pemburu Arab Badui itu merasa sangat malu. Ia menyesal telah melakukan kesalahan besar. Lantas, ia pun meminta Rasulullah untuk membimbingnya agar tidak mengulangi perbuatan yang serupa. Sejak itu pula, ia mengikrarkan diri, bahwa tiada Tuhan yang jadi sesembahannya kecuali Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.
Sungguh, betapa beruntungnya kijang itu. Sekalipun dalam pandangan manusia ia hanyalah seekor kijang, seekor binatang, namun rupanya Allah telah memberikannya kemuliaan yang tak terkira. Lantas, bagaimana dengan kita? Seberuntung apakah kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H