"Nggih, Pak. Saya akan istikamah," jawab Kang Gudhal memungkasi pertemuan singkat itu.
Keluar dari ruangan, Kang Gudhal menuju ruangan Pak Wahijun. Kasturi, anak buah Pak Wahijun, menyambutnya dengan senyuman. Empat lembar handuk diterima. Dengan senang hati, ia bawa pulang.
Di perjalanan, ada yang mengganjal pikiran. Kang Gudhal bertanya-tanya, apa maksud kata istikamah tadi. Bukankah sudah belasan tahun ia bekerja? Apakah itu tak cukup?
Motor butut keluaran tahun 2009 itu melaju dalam kecepatan sedang di antara jalanan yang berdesak-desak oleh ramai kendaraan. Kata-kata Pak Dimin masih mengiang di telinga. Dalam hati, Kang Gudhal berkata, "Saya tahu, terlalu banyak catatan merah saya di sini. Dan, tak ada keinginan saya untuk menghapusnya. Karena saya tahu, lebih banyak orang terhibur dengan catatan merah itu. Maka, saya hibur mereka."
Pekalongan, Juni 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H