Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Handuk Kumal Kang Gudhal

24 Mei 2023   20:15 Diperbarui: 24 Mei 2023   20:11 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan Kang Sanip terasa ganjil. Kang Gudhal hanya menjawab, "Sepurane, Kang. Saya malah baru tahu infonya dari njenengan," jawab Kang Gudhal.

"Gini loh, Kang. Ini buat jaga-jaga, siapa tahu anak buah sampeyan terlibat. Tolong anak buah sampeyan diamankan. Jangan sampai mereka kena masalah," jelas Kang Sanip.

"Saya ini cuma  buruh biasa, Kang, mana mungkin punya anak buah," balas Kang Gudhal enteng saja.

"Tapi sampeyan punya pengaruh, Kang. Saya pingin bantu sampeyan. Jangan sampai gara-gara kasus ini sampeyan yang kena," kata Kang Sanip.

"Oh nggih, maturnuwun, Kang. Saya hargai itu. Tapi nyuwun sewu, saya sama sekali tidak tahu, Kang. Saestu," terang Kang Gudhal.

Usai menerima telepon, Kang Gudhal tak habis pikir. Masih saja ada persoalan baru. Ia tidak mengerti apa sebenarnya yang sedang terjadi. Setelah jatah handuk bulanannya tertahan mendadak muncul telepon dari Kang Sanip, orang kepercayaan bos besar. Semuanya muncul dalam waktu yang berurutan. Nyaris bersamaan.

Hari-hari berikutnya, tak ada berita baru. Sepi. Kabar tentang spanduk protes tak mendengung lagi. Entah menggelinding kemana? Pun kabar-kabar lainnya. Itu cukup melegakan hati Kang Gudhal.

Ia bisa merasakan seiris rasa tenang. Soal jatah handuk bulanan, ia lupakan. Selama masih bisa ia gunakan handuk lama yang dengan setia dicuci oleh tangan lembut istrinya, tak jadi soal. Tak peduli apakah tekstur kainnya sudah kasar atau kumal. Yang penting, bisa digunakan untuk mengelap keringat. Titik!

"Pak, apa nggak sebaiknya menemui Pak Wahijun? Minta kejelasan. Handuk Bapak sudah sangat kumal loh," usul Mirah pada suatu malam.

"Ya, besok Bapak coba tanyakan," balas Kang Gudhal ringan saja.

Keesokan hari Kang Gudhal menemui Pak Wahijun. Menanyakan perihal handuk jatah bulanan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun