Perempuan yang memang terlihat lebih santun dan lebih dewasa. Andini merasa langkahnya sedikit melayang. Awalnya, enggan hatinya untuk datang. Namun, Andini tahu sangat tidak pantas jika menghindar. Semua teman di kantor tahu jika dirinya dekat dengan Iman.
Kedekatan yang hanya sebatas kakak dan adik. Ah, Andini merasa sangat bodoh. Iman tidak pernah sekalipun berkata suka kepadanya lebih dari seorang adik. Hatinya saja yang gede rasa dan selalu berbunga-bunga saat menerima perhatian Iman. Termasuk saat menerima sejumlah makanan khas Betawi, yang salah satunya adalah dodol Betawi.
“Ah ini dia. Adiknya abang datang. Akhirnya datang juga. Kami sudah menunggu dari tadi.” Suara Iman menyadarkan Andini telah berada tepat di hadapan pengantin untuk bersalaman.
Wajah Iman berseri. Ratri, perempuan pilihan Iman, yang terlihat cantik berada di samping Iman, tersenyum mendekat. Segera kedua perempuan ini berpelukan. Andini merasa tercekat.
“Selamat ,mbak. Semoga bahagia dan langgeng.”
Pasangan pengantin itu tersenyum. “Terima kasih, Andini. Semoga kamu pun segera. Sekarang, makanlah hidangan yang disediakan. Ada yang istimewa untuk kamu. Es selendang mayang. Cocok di siang panas,” ujar Iman tertawa.
Andini pun tersenyum. Semuanya sebenarnya tetap manis, tergantung cara memandangnya, seperti rasa es selendang mayang yang kini ada di hadapannya.
***
No : 29, Riap Windhu
Selengkapnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H