Mohon tunggu...
Rian Gifari
Rian Gifari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Artificial

20 Oktober 2009   09:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:34 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku dan Adi punya mimpi yang sedikit sama. Mimpi Adi adalah berbicara dengan hal yang mungkin sudah tidak bisa lagi bicara balik padanya. Mimpiku adalah berbicara dengan sesuatu yang sejak awal tidak bisa bicara balik padaku. Kami suka bicara pada kekosongan.

Sejak film robot yang TVRI putar di dalam memoriku waktu kecil, aku jadi anak yang aneh. Aku suka bicara pada kursi goyang ayahku. Aku suka bicara pada baju yang temanku pakai. Aku suka bicara pada langit, aku suka bicara pada pohon.

***

Aku datang ke kos-kosannya Adi setiap Jumat siang, entah kenapa. Mungkin aku suka suasana kos-kosan cowok yang ditinggal penghuninya yang sedang pergi solat jumat semua, terasa sepi dengan sedikit sisa-sisa keramaian, entahlah. Hmm, mungkin aku sudah harus cukup bersyukur pemilik kos-kosan tempat Adi tinggal tidak melarang wanita masuk ke tempatnya.

Kamar yang Adi tempati cukup luas untuk dipakai seorang diri, bahkan masih muat untuk seorang penghuni lagi. Meja komputer, komputer, lemari, kasur, rice cooker, botol, water heater, botol, botol, galon, kardus-kardus dan buku-buku, dan terakhir karpet merah mengisi kamarnya. Setiap kali aku datang, dia memakai celana pendek dan berkaos putih, penampilan standar tanpa persiapan apapun atau ucapan “aku ganti baju dulu sebentar ya, Naâ€, tidak ada. Hal ini mungkin saja karena aku tidak memberitahunya, tapi pernah beberapa kali aku menelponnya untuk memastikan, dan tetap saja, celana pendek dan kaos putih. Mungkin dia memang orang yang terlalu cuek.

Banyak hal kami obrolkan di dalam kamar berukuran 4 x 6 itu. AI, AI, AI, robot buatan Jepang yang jadi posesif ke pemiliknya, AI, AI, cuaca, coklat, AI, AI, AI, cuaca lagi, berita yang kami baca acak dari koran atau internet, dan AI lagi.

“Di, kenapa sih kamu ingin sekali buat program AI yang kamu bisa ajak omong sendiri? Maksudku, yang seperti itu jarang dipeduliin orang, kan? Lagipula, udah ada kan yang kayak gitu di internet.â€
“Nggak sama, Na, nggak sama. Dia nggak bicara seperti itu.â€
“Dia?â€
“Ah, lalu kamu sendiri, kenapa suka sama AI, Na?â€
“Itu… Alasan yang sepele sih, Aku malu mau bilang.â€
“Yah, kalau kamu nggak mau bilang, ya nggak apa-apa sih.â€
“Itu…’
“Jadi mau bilang, nggak?â€

Karena aku ingin ditanggapi.

***

Setelah itu akhirnya aku tahu tentang lovely. Aku tidak bisa bilang ini langsung padanya, tapi kupikir Adi hanya membuang waktu menunggu lovely. Membuang waktu mencoba mencari lalu meminta maaf pada lovely karena kesalahan yang tidak pernah ia perbuat. Membuang waktu memperbaiki hubungan yang tidak pernah terjalin, tali yang tidak pernah menyambung. Kalau dalam bahasa “waktu adalah uangâ€, Adi sudah banyak memberikan tumpukan uang dolarnya pada entah suku apa di dalam hutan mana. Baik hati tapi tidak berguna.

Tapi pikiranku ini juga bukannya tanpa bias. Sejak seminggu yang lalu, atau sejak kapan aku juga tidak yakin, mungkin sejak pertama kali kami bertemu di kafe berlampu remang-remang itu, aku suka pada Adi. Suka pada entah apa darinya, aku tidak tahu. Mungkin pada pandangan matanya yang kosong, menatap layar kecil yang ia genggam di tangan kirinya sambil sesekali menoleh padaku ketika kami makan bersama di warteg. Mungkin pada gerakan cekatan jemarinya menginput ribuan baris data ke dalam program AI bikinannya, atau mengetik beberapa karakter yang ia kirim padaku. Mungkin pada mimpi dan kesetiaannya pada kekasih yang belum sempat ia cintai itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun