Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) Bagiku dan Kamu di Tahun 2025

31 Desember 2024   15:05 Diperbarui: 31 Desember 2024   15:27 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi gambar finansial: Foto Diolah kompasiana dari sumber: SHUTTERSTOCK/MELIMEY via kompas.com

"Bun, Adek nambah hutang 100 ribu lagi." Begitu isi pesannya. Ya aku memang mengajarinya memakai mobile banking dana simpanan. Biasa ia isi paket 1x sebulan.

Sama seperti suamiku, akupun terbawa emosi. "Coba lihat apa yang Adek beli?" tanyaku. Ia pun memperlihatkan satu set perhiasan dan 1 jam tangan.

"Siapa yang mau makai?" Tanyaku lagi. 

"Buat temanku kalau jam. Perhiasan mau pakai sendiri."Jawabnya takut-takut.

"Memangnya kulit Adek sudah bisa memakai barang palsu?" Tanyaku lagi.

"Jangan berlagak kaya kepada teman, Dek. Uang Bunda di rekening itu, ngutang ke bank, Dek. Itu buat dikirim kepada dua abangmu di Jakarta-Semarang. Nasihat suamiku. "Nih lihat bukti-bukti surat utangnya." Lanjut suami lagi.

"Bila Adek masih jajan juga lewat online. Terpaksa Bunda sita HP-mu." Tutupku mengantisipasi kemarahan suamiku. Dia pun mengangguk. Ya sejak itu tak ada lagi si dedek didatangi paket.

Media sosial bisa sangat berbahaya jika tidak digunakan dengan bijak karena dapat memengaruhi daya beli dan emosional belanja seseorang. Konten yang dipamerkan di media sosial sering kali menunjukkan barang yang terlihat sempurna sehingga memicu hasrat memiliki. Apalagi ABG (Anak Baru Gede) seperti si Dedek.

Sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara) golongan 3 dan suami pegawai swasta, aku dan keluarga memang mengandalkan biaya pendidikan anak lewat bank. Jadi, kami wajib berhemat. Kamipun menganut sistem keuangan terbuka di rumah agar ketiga anak-anak faham bahwa kita bukan orang kaya.

Penghasilan yang tetap sebagai ASN, ditambah suami sebagai pegawai swasta, mengelola keuangan dengan bijak hal yang mutlak. Tak bisa ditawar-tawar. Biaya pendidikan pun membuat kami harus bergantung pada fasilitas perbankan, seperti pinjaman lalu ditabung.

Hal ini kami anggap sebagai investasi jangka panjang demi masa depan anak-anak. Untuk itu, pengeluaran sehari-hari benar-benar kami kendalikan ketat agar tidak ada pemborosan, terutama dengan tetap memprioritaskan kebutuhan dibanding keinginan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun