Kepala sekolah membuka sesi mediasi dengan nada hangat, namun tetap tegas. "Bu Dina, mungkin Anda bisa menjelaskan duduk perkaranya?"
Dengan tenang, Bu Dina memulai penjelasannya, "Saya mengerti bahwa setiap orang tua ingin anaknya diperlakukan dengan penuh perhatian. Ketika saya memberi teguran, itu semata-mata untuk melindungi integritas pendidikan di kelas. Saya tidak bermaksud merendahkan anak Anda."
Bu Dina kemudian menyebutkan sejumlah pedoman pendisiplinan yang diatur oleh peraturan sekolah, yang sudah ia pelajari sebelumnya. Dengan sabar, ia menunjukkan bahwa tindakannya masih dalam batas kewajaran menurut aturan.
Ia juga menambahkan bahwa sebelum bertindak, ia selalu memastikan tidak melanggar ketentuan hukum yang berlaku.
Orang tua itu, yang awalnya tampak tegang, mulai melunak. Mereka mengangguk perlahan, menyadari bahwa niat Bu Dina bukanlah untuk menghukum, melainkan mendidik.
Sesi mediasi pun berakhir dengan damai. Ketika orang tua siswa itu berjalan keluar, sang ibu menoleh kepada Bu Dina dan berkata, "Terima kasih sudah menjelaskan, Bu. Kami tidak pernah melihatnya dari sudut pandang ibu."
Setelah mereka pergi, kepala sekolah menghampiri Bu Dina dengan senyum bangga. "Ibu telah menjalankan peran guru dengan sangat baik, bahkan di tengah tekanan seperti ini. Pemahaman hukum yang ibu miliki sungguh membuat perbedaan."
Bu Dina menghela napas lega dan tersenyum. Ia merasa bahwa pengetahuan hukum yang ia miliki benar-benar telah memberinya perlindungan, baik secara mental maupun profesional.
Dengan hati yang tenang, ia melangkah kembali ke ruang kelasnya, merasa yakin bahwa ia telah melakukan yang terbaik untuk murid-muridnya dan dirinya sendiri.
Hari itu, ia sadar bahwa pengetahuan hukum bukan hanya soal melindungi diri, tetapi juga soal menciptakan jembatan pemahaman antara sekolah, siswa, dan orang tua.
***