Mengenal Real Food: Sejarah, Manfaat, dan Contoh Nyatanya
Istilah real food semakin populer belakangan ini, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pola makan sehat. Namun, apa sebenarnya real food, bagaimana sejarahnya, dan apa saja contoh makanan yang tergolong dalam kategori ini?
Sejarah Real Food: Kembali ke Alam
Real food atau makanan alami dan minim proses bukanlah konsep baru. Sebelum munculnya industri makanan modern, manusia mengonsumsi makanan dalam bentuk yang hampir sama seperti saat makanan tersebut ditemukan di alam.Â
Pertanian tradisional dan cara memasak kuno yang tidak melibatkan pengawet atau bahan tambahan adalah praktik yang sudah berlangsung selama ribuan tahun.
Namun, pada abad ke-20, perkembangan teknologi makanan meningkat.
Peningkatan permintaan terhadap makanan cepat saji, mudah didapat, dan tahan lama menyebabkan perubahan besar dalam pola makan manusia.
Padahal makanan olahan sering kali mengandung banyak bahan tambahan buatan. Ini sesuatu yang  menjadi lebih umum.
Sayangnya lagi, meskipun makanan olahan ini praktis, mereka sering kali kehilangan nutrisi penting dan mengandung bahan kimia yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan kita dalam jangka panjang.
Gerakan kembali ke real food dimulai. Gerakan ini dimulai pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Gerakan itu pun muncul seiring dengan semakin banyaknya penelitian yang menunjukkan dampak negatif makanan olahan terhadap kesehatan.
Termasuk peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan kanker. Masyarakat pun mulai sadar bahwa mengonsumsi makanan yang lebih dekat dengan bentuk aslinya---real food---merupakan salah satu cara untuk mendukung kesehatan jangka panjang mereka.
Karakteristik Real Food