“Astaga ayolah masa kamu marah cuma gara - gara tadi?”., mulai panik dengan diamnya si gadis, artinya ia benar-benar marah.
“Cuma kamu bilang? kamu tahu tidak orang - orang disekolah tadi menatapku tajam, seperti ingin menerkam, lagipula kenapa tiba - tiba menjemputku masih pakai seragam sih?! mereka kan tahu dulu kamu itu wakil ketua Osis dismp ku, sepertinya besok aku langsung diserang deh oleh penggemar - penggemar mu itu, hahh tamatlah riwayatku!!”, teriaknya frustasi dipingir jalan raya itu.
“Oke - oke aku minta maaf ya?”, ucap pemuda.
Motor yang mereka tumpangi akhirnya berjalan kembali, namun si pemuda mengambil arah jalan yang salah, bukan menuju ke rumah mereka.
“Loh kok?.. perasaan kita tinggal disini sudah beberapa tahun deh, Masa lupa arah jalan pulang?”, gadis merasa heran.
“Mau mengobati yang sedang marah dulu deh”
“HAH, maksudnya apaan nih? OH.. toko ice cream? ini jalan ke toko ice cream kan?!”, suara melengking gadis itu hanya dibalas deheman oleh si pemuda.
“Eh tapi Bunda…”
“Nanti aku yang bilang kita mampir dulu kesini”, gadis itu langsung tersenyum mendengar balasan si pemuda.
Melihat reaksi gadis dari spion, pemuda itu ikut tersenyum. Sepanjang jalan si gadis tidak berhenti untuk merecok dan mengobrol menanyakan hal yang tidak penting, moodnya sudah berubah. Ia senang hanya dengan sebuah ice cream.
Dan balutan seragam SMP juga putih abu yang dikenakan si pemuda, menjadi saksi tawa ria mereka.