"Demi Mamah, aku akan melakukan apapun."
Agha menyeret tubuhku, membantingnya di atas kasur.Â
"Tuhan, tolong aku." Air mataku mulai menetes, saat lelaki yang sudah sah menjadi suamiku mengambil haknya, dengan sangat kasar. Sebagai wanita, jelas tenagaku kalah darinya.Â
S4 kit rasanya diperlakukan seperti ini, tak ada cinta sedikit pun untukku. Sampai kapan dia akan bersikap seperti ini? Berbuat semaunya. Statusku memang istrinya, tetapi ingin merasakan manisnya cinta. Apalagi di hari pertama, ia menyentuhku. Rupanya itu hanya angan-anaganku saja.
Setelah puas, ia langsung tertidur di sampingku. Apakah ia menganggap istrinya ini sebagai binatang? Semaunya saja berbuat sesukanya. Aku turun dari r4nj4ng, berjalan pelan menuju kamar mandi karena terasa perih di bagian itu ketika berjalan. Aku membersihkan diri setelah selesai langsung memakai baju ganti dan mengambil mukena.
"Ya Allah, aku tidak tau kebahagiaan apa yang sedang Engkau persiapkan untukku, sehingga kini, Engkau memberiku ujian seberat ini. Allah, sungguh aku tidak menyalahkan-Mu atas takdirku ini. Hanya saja, ini begitu menyakitkan," gumamku.
Aku mengadu pada Tuhan, setelah apa yang terjadi. Puas mengadu, aku membaca Al quran yang selalu kubawa kemanapun aku pergi untuk membuat tenang hati ini.
Terdengar suara azan, hari sudah berganti. Setelah kejadian itu, diriku tak bisa tidur.
"Sudah subuh?" Kututup Alquran. Kembali berdiri menghadap sang Maha Kuasa.Â
"Mas, bangun Mas, sudah subuh." Aku tak akan membiarkan Agha melewatkan subuhnya.Â
"Mas, bangun sudah subuh!" Kali ini goncangan pada bahunya sedikit ku keraskan.Â