"Masya Allah." Aku takjub dengan keindahan pemandangan yang tersaji. Gumpalan-gumpalan awan putih yang saling membentuk siluet, begitu padu dengan birunya langit.Â
"Ternyata tidur," gumanku ketika melihat Agha yang tertidur di kursi sampingku.Â
"Semoga Allah segera memberimu hidayah." Do'a yang selalu aku panjatkan untuknya.Â
****
Setibanya di penginapan, aku langsung mandi. Berharap rasa pusing ini segera menghilang. Aku mengalami jet lag.Â
Selesai mandi, tidak menemukan keberadaan Agha, entah kemana dia. Agha hobi sekali pergi tanpa pamitan.Â
Seseorang membuka pintu kamar. Aku yang belum berpakaian sempurna, panik. Mengambil apa saja untuk menutupi tubuhku.Â
"Kau sudah selesai?" tanya Mas Agha yang berjalan masuk dengan sempoyongan.Â
"Bisa tidak, ketok pintu dulu sebelum masuk?" Kesalku padanya.Â
"Siapa kau, berani mengaturku? Lagi pula apa salahnya, kita sudah halal, dan kau tidak lupa dengan keinginan Mamah bukan?" tanyanya sembari terus berjalan mendekat kerahku.Â
"Kau ma*uk lagi, Mas?"