Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Imamat dalam Perutusan Gereja (PO, No 1-3)

24 September 2021   11:35 Diperbarui: 24 September 2021   11:37 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Tujuan yang hendak dicapai oleh para imam melalui pelayanan maupun hidup mereka ialah kemuliaan Allah Bapa dalam Kristus. Kriterianya bukan semata-mata terletak pada diri imam: imam yang taat melaksanakan tugas-tugas imamatnya, imam yang memisahkan diri dari dunia demi kekudusannya. Kemuliaan itu tercapai, "bila orang-orang secara sadar, bebas dan penuh syukur menerima karya Allah yang terlaksana dalam Kristus, dan menampakkan itu melalui seluruh hidup mereka". [15]

          Oleh karena itu, segala karya dan pelayanan imam tertuju demi keselamatan jiwa-jiwa: umat beriman dan bahkan semua manusia. Imam membantu sesamanya dalam kehidupan ilahi mereka masing-masing dengan  "meluangkan waktu bagi doa dan sembahsujud, mewartakan sabda, mempersembhkan Korban Ekaristi, menerimakan Sakramen-sakramen lainnya, dan menjalankan pelayanan-pelayanan lain seturut dengan perutusan Gereja". [16]

5. Situasi Para Imam di Dunia

          Tuhan Yesus, Putera Allah, manusia yang oleh Bapa diutus kepada sesama manusia, tinggal di antara kita, dan dalam segalanya hendak menyerupai saudara-saudari-Nya, kecuali dalam hal dosa (Ibr 2:17; 4:15). Para Rasul pun sudah mengikuti teladan-Nya dan bersaksilah Santo Paulus, Guru para bangsa, yang "disendirikan untuk Injil Allah" (Ro. 1:1). Paulus telah menjadi segalanya bagi semua orang, untuk menyelamatkan semua orang. Begitu pulalah, para imam, yang dipilih dari antara manusia dan ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, untuk mempersembahkan persembahan dan korban bagi dosa-dosa, bergaul dengan orang-orang lain bagaikan dengan saudara-saudari mereka.

          Oleh karena panggilan dan tahbisan, para imam dalam arti tertentu disendirikan dalam pengakuan umat Allah, tetapi bukan untuk dipisahkan dari umat atau dari sesama manapun juga, melainkan supaya sepenuhnya ditakdiskan bagi karya, yakni tujuan mengapa Allah memanggil mereka. Melalui misteri Kristus, para imam menghayati aneka pelayanannya, disaturagakan ke dalam misteri Gereja, yang menyadari dalam iman, bahwa kenyataannya tidak berasal dari dirinya, melainkan dari rahmat Kristus melalui Roh Kudus. Demikianlah dalam arti ini, sementara imam berada dalam Gereja, ia juga ditempatkan dihadapannya.

          Para imam tidak akan mampu menjadi pelayan Kristus, seandainya mereka tidak menjadi saksi dan pembagi kehidupan lain dari pada hidup di dunia ini. Begitu pun juga, para imam tidak akan mampu melayani sesama, seandainya mereka tetap asing terhadap kehidupan serta situasi sesama. Para imam tidak dapat mengalienasi diri dari kenyataan dunia ini yang multidimensi. Pada dasarnya, imamat tidak lahir dari sejarah, melainkan dari kehendak Allah yang pantang berubah. Namun, imamat itu menanggapi situasi historis, dan demi tetap setia terhadap hakekatnya, melalui pilihan-pilihan yang khas diserasikan lewat hubungan kritis dan tuntutan keselarasan Injili dengan "tanda-tanda zaman". [17] Oleh sebab itu, supaya para imam jangan menyesuaikan diri dengan dunia ini, tetapi sekaligus meminta juga, supaya di dunia ini mereka hidup di tengah masyarakat, dan sebagai gembala-gembala yang baik mengenal domba-domba mereka, dan berusaha mengajak domba-domba juga, yang tidak termasuk kawanan, supaya mereka pun mendengarkan suara Kristus, dan terjadilah satu kawanan dan satu Gembala.

         Pentinglah peranan keutamaan-keutamaan, misalnya kebaikan hati, kejujuran, keteguhan hati dan ketabahan, semangat mengusahakan keadilan, sopan santun dan lain-lain, yang dianjurkan oleh Rasul Paulus dengan pesannya, "... Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap di dengar, semua yang disebut kebajikan dan patut di puji, pikirkanlah semuanya itu" (Flp 4:8).

6. Yesus Kristus sebagai Pusat Spiritualitas Pelayanan Imam

          Spiritualitas imam berpusat pada Yesus Kristus, Imam Agung. Kristus sebagai Imam Agung bertanggungjawab terhadap kehendak Bapa dan persoalan manusia. Hal ini terbukti lewat pengudusan diri-Nya melalui salib dan kebangkitan-Nya. Dengan demikian, kepemimpinan Kristus sebagai kepala dihadirkan oleh para imam yang secara istimewa diberi karisma menghadirkan Kristus sebagai kepala yang memimpin dan melayani seluruh umat-Nya. Karisma tersebut diberikan melalui rahmat tahbisan imamat kepada para imam. Maka, sifat kepemimpinannya adalah menghadirkan kepemimpinan Kristus (imam, nabi dan raja) sebagai kepala yang melayani seluruh umat untuk bertumbuh menuju kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. [18]

          Menjadi pengikut Kristus berarti menjadi pelayan yang rela memberikan dirinya sendiri untuk orang lain (Yoh 13:12-17). Imam sebagai perwujudan Kristus di dunia ini hendaknya menjadi wadah untuk melayani. Sebagaimana Kristus melayani, maka imam juga harus menemukan pelayanannya dan mengambil bagian dalam pelayanan Kristus. Dasar pelayanan imam adalah sakramen tahbisan.[19] Kekhasan kepemimpinan imam adalah panggilan untuk melayani. Hal ini berpedoman pada misi Kristus sendiri, yakni datang untuk melayani, bukan untuk dilayani (Mrk 10:41-45). Setiap imam yang dipercayakan untuk memimpin menampilkan diri sebagai seorang pelayan. Ia dipanggil untuk melayani, bukan untuk memerintah ataupun menguasai umat yang dipercayakan kepadanya (1Ptr 5:3). [20] Kitab Suci menunjukkan bahwa dasar kepemimpinan seorang imam adalah pelayanan (Diakonia). Pelayanan berarti mengubah orientasi diri sendiri kepada kepentingan orang lain. [21]

7. Refleksi Pastoral

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun