"Alhamdulillah saya baik-baik saja Imam Hassan. Mohon maaf tidak sempat bertemu dengan Anda di Samudera karena harus mengurus kebutuhan kapal," ujar orang yang duduk di sebelah Diponegoro.
      "Kami berhasil bertahan dari serangan musuh yang juga datang pada malam hari, bersyukur sekali Allah masih memberikan kesempatan bagi saya untuk bertemu tuan-tuan semua.." ucap pria itu.
      "Kau.. Sudirman?" tanya Malamo.
      "Iya, benar."
      "Luka-lukamu memang seperti baru..."
      "Alhamdulillah kau selamat, kudengar tadi ketika kita mengobrol di luar Diponegoro memberikanmu jabatan baru ?" mata Imam Hassan melihat ke arah Diponegoro.
      "Pimpinan Eskader Penjaring, saya melihatnya mampu menerima amanah itu. Hmm, kenapa Abdi, Dalem, bukankah seharusnya kalian ikut senang?"
      Keduanya tak dapat berkata-apa, sebenarnya sejak siang tadi mereka sudah bertemu namun ketiganya tak dapat bercerita banyak saking sibuknya mengurus hal-hal yang harus dibereskan setelah peperangan.
      "Luka-lukanya cukup parah Kapten Sudirman, membuat sebagian wajah Anda..." Dalem yang akhirnya berkomentar
      "Aku memutuskan untuk membakar kapal Pinisi Mataram waktu itu. Kita dipanahi Abdi, dari kapal kita sendiri. Musuh berhasil naik dan yang tersisa hanya punya sedikit waktu untuk menyelamatkan diri dengan sekoci."
      "Tapi.. menurut saya selamat dalam kondisi seperti itu sudah..."