"Eh.. i..iya Imam Hass..."
      "Karena bayu geni, bayu geninya menutupi pandangan musuh..." Dalem berkata tiba-tiba, ia teringat pagi tadi memandangi alat ajaib itu.
      "Hoo.. bayu geni ?" tanya Diponegoro tiba-tiba terlihat tertarik.
      "Iya Raden Eru, untuk terbang juga, eee.. dengan paralayang.. maksudku, kata Imam Hassan, Raden Eru tahu tentang itu."
      "Terbang? Tunggu..." Diponegoro melihat ke arah Imam Hassan,
"Bukannya alat itu.. sudah waktunyakah untuk uji coba Imam Hassan?" tanya Diponegoro lagi.
      "Sudah Diponegoro, Malaka sudah menyempurnakannya sehingga sekarang tidak meledak tetapi mendorong"
      "... Aah, ya, bagus kalau begitu... di Mataram juga sedang dikembangkan lebih jauh dengan menambahkan mesiu murni di ujung sehingga akan meledak setelah mendorong jauh,"
"kira-kira sama seperti kembang api, tapi ledakannya bisa menghancurkan satu bagian kapal sekali tembak dengan kerusakan yang besar."
      Apa yang dikatakan Dipoegoro membuat Abdi dan Dalem terkejut, tapi tidak ada yang sekaget Malamo. Sudah sejak semalam ia mendapat kejutan dan mendengar ada yang lebih hebat lagi dari itu membuatnya benar-benar penasaran.
      "A..apa.. menghancurkan.. aku berpikir alat itu bisa mendorong kapal dengan sangat cepat sekali. Tapi membayangkan alat itu bisa untuk mengancurkan kapal..." ujarnya.