Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 34, Negeri Raja-Raja) - Mercusuar

17 Mei 2024   10:48 Diperbarui: 17 Mei 2024   11:13 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Jangan khawatir kapten, InsyaAllah kami berikan juga ke sekutu jika membutuhkan nanti," senyum Diponegoro kepadanya.

            "Ten..tentu saja Diponegoro, hanya saja aku..."

            "Aku juga tidak mengira kita bisa secepat itu mengembangkannya, teknisi Malaka cukup hebat juga dapat menyempurnakannya secepat ini," Imam Hasan ikut merasa senang.

            "Tadi kau bilang sudah mengembangkan lebih jauh, berarti sebenarnya Mataram bisa membuatnya tanpa bantuan Samudera dan Malaka kan?" tanya Imam Hassan.

            "Kami mencoba kok Imam Hassan, yah kebetulan saja kami juga berhasil menemukan caranya, entah sama atau tidak dengan metode yang digunakan oleh Malaka."

            "Dan dengan sesama kesultanan Islam tidak ada salahnya kan kita berbagi ide, toh itu juga akan sangat berguna bagi Samudera dan Malaka," ucap Diponegoro menjelaskan.

            "Hehe, aku tahu apa maksudmu Diponegoro.. Alhamdulillah kalau begitu.. semua akan bersatu pada waktunya nanti.. hmm..." Imam Hassan kembali meminum ramuan rempah-rempahnya, kali ini dengan tegukan yang cukup banyak.

            "Baru saja kok kami mulai mengembangkannya, versi terbaru dari bayu geni, tapi sayangnya bahan-bahan untuk itu kurang. Beberapa kapal dagang aku perintahkan untuk mengangkut mesiu, titanium, dan aluminium serta beberapa bahan tambahan lain."

            "Nah, salah satunya terkena serangan serupa yang terjadi di malam hari. Meskipun si penyerang tidak menggunakan kapal besar dan dicat hitam tapi serangannya dapat melumpuhkan kapal dagang kami. Alhamdulillah seluruh penumpang selamat," Diponegoro ikut menghabiskan minuman buatan Malamo.

            "Aku sudah dengar ceritanya dari Abdi dan Dalem, dan kapten kapal itu, Sudirman, apa dia bisa selamat? Kedua orang ini selalu mengkhawatirkan keadaannya," Imam Hassan melihat ke Abdi dan Dalem yang nampak kaget.

            "Eh, itu maksud saya, itu..." tangan Abdi dan Dalem menunjuk ke sebelah Raden Diponegoro.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun