Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 13, Nusa) - Singgah

25 Maret 2024   20:21 Diperbarui: 25 Maret 2024   20:23 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: editan penulis sendiri dari bahan di freepik.com

            "Dengarkan dulu sekoci tujuh bilang apa, kita pasti toh akan berlabuh di sana juga!" ujar seorang penumpang sambil menunjuk ke arah pelabuhan. Dua orang di belakang langsung memasang kedua kupingnya untuk mendengar lebih jelas apa yang diteriakkan sekoci tujuh.

            "LIHAT ....TENGGARA... ..KOCI SEMBILAN!"

            "... ARAH TENGGARA..."

            Dua orang tadi kemudian menolehkan muka ke arah dekat karang, tempat beberapa lahan gambut terlihat dari jauh. Semula mereka tidak menyadari dan hanya menatap ke arah tenggara, mata penumpang lain segera menuju ke tempat tersebut.

            "Hmm.. ada apa? Apa maksudnya? Kita disuruh merapat ke sana?"

            Beberapa saat kemudian terlihat sebuah benda berbentuk seperti penyu hitam besar yang bergerak ke arah pinggir, rasa paham segera menyelimuti seluruh penumpang, meskipun mereka sedikit ragu.

            "Bukan kayu basah kan..."

            Terlihat sesaat kemudian beberapa orang keluar dari terpal yang menutupinya. Di ujung depan muncul seseorang yang segera memicingkan mata melihat ke arah pelabuhan. Sementara dari belakang muncul laki-laki yang terlihat gemuk dan masih berusaha menyeimbangkan diri. Tampak ia kelelahan sekali dan akhirnya ikut memicingkan mata ke arah yang sama dengan orang di ujung depan. Mereka bersorak sorai setelah itu.

            "Panggil mereka! Alhamdulillah semua sekoci ke Nusa selamat!"

            "SEKOCI SEMBILAN!! WOOOOIIII!"

            Suara yang tak didengar oleh sekoci sembilan, hanya terlihat dari jauh mereka mengangkat dan merapikan terpal, semua terlihat lelah dan mengantuk. Sampai kemudian seseorang yang gemuk di ujung paling belakang sekoci sembilan tadi menoleh cukup lama ke arah kiri barulah ia menyadari apa yang dilihatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun