Mohon tunggu...
Romeo Saru
Romeo Saru Mohon Tunggu... Administrasi - semua indah pada waktunya

harus kerja keras dan sukses itu pasti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Ritual

13 Maret 2020   21:04 Diperbarui: 13 Maret 2020   21:03 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah tipe minimalis itu memiliki dua kamar tidur yang berhadapan secara diagonal dan dipisahkan oleh sebuah ruangan yang berfungsi sebagai dapur sekaligus ruang makan. Tio dan Yohan sepakat untuk menaruh meja makan --dan beberapa kursi yang ditata mengelilinginya-- di tengah ruangan itu tiga tahun yang lalu, hari pertama mereka menghuni rumah itu. Perkakas dapur dan alat makan tergantung rapi di rak merek Ikea tepat di atas wastafel di sisi dalam ruangan tersebut. Rumah itu juga memiliki satu ruang tamu, dan garasi di depan.

Jarum terpendek Jam dinding yang tergantung di ruang tamu menunjuk tepat ke angka delapan. Tio sudah tidak berada di kamarnya.

Terdengar bunyi biola dari garasi, sudah dua jam ia berlatih di sana. Ia berhenti dan melihat ke arah jam tersebut.

WAKTUNYA BERGEGAS KE KAMPUS.

Tepat pukul sepuluh, acara Perayaan Hari Nasional UMS dibuka dengan pidato sambutan oleh Hansen Kalami, Rektor UMS.

Dalam pidatonya, beliau menyampaikan penyesalannya oleh kejadian kampanye kemarin. Ia mengingatkan pada mahasiswa untuk menjunjung tinggi sportivitas dalam bermusyawarah.

Acara dilanjutkan dengan pidato sambutan dari Ketua BEM.

Tio melangkah maju ke mimbar mengenakan kaos Liga Champions milik Yohan dan menenteng biola di tangannya.

Mengangkat biola ke pundaknya, ia mulai memainkan instrumen yang sudah dilatihnya pagi ini, instrumen anthem Liga Champions.

Emosi yang dialirkannya ke setiap gesekan dawai menciptakan musik yang syahdu, menusuk ke dalam ego setiap kepala yang hadir di ruangan tersebut.

Mereka tertunduk, memori sang ikon dan indahnya tawa dan kebersamaan yang digagasnya pada malam nobar terlihat jelas bagai layar tancap di pikiran masing-masing. Tidak sedikit air mata yang tumpah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun