Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Perempuan Harus Memilih (Part 1)

15 Juni 2022   20:50 Diperbarui: 15 Juni 2022   20:55 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali itu, karena situasi serba mendadak, Jimi dan keluarga tidak membawa apa -- apa. Hanya niat baik untuk mengenal Rena dan menerima Rena sebagai bagian dari keluarga. Setelah duduk beberapa menit. Om Natan mulai berbicara.

"Selamat sore bapak mama, om tanta dan semua keluarga besar dari anak Rena. Begini, minggu lalu kami punya anak laki -- laki datang ke rumah di kampung sana, kasi tau kami bilang dia punya pacar sudah hamil dan dia mau bertanggung jawab. Dia ju kasih tahu kalau dia su datang menghadap duluan tapi dia kena usir karena mungkin secara adat itu salah. Karena itu sebagai orang tua kami tentu mendukung niat baik kami punya anak ini. Jadi, hari ini kami datang untuk bertemu semua keluarga di sini sekalian mau ketuk pintu untuk kami punya anak laki - laki."

"Saya sangat berterima kasih hari ini, bapak dan mama dong datang. Mungkin bapa mama sudah dengar cerita dari Jimi kalau minggu lalu saya ada usir dia. itu karena saya benar -- benar marah. Karena dia datang menghadap saya sendiri baru dia kastau bilang saya punya anak sudah hamil. Padahal sejak pacaran saya tidak pernah lihat dia punya batang hidung. saya kuatir dia hanya mau main -- main deng saya punya anak perempuan. Saya punya anak ini kuliah. Dia hanya ojek. Saya jadi bertanya -- tanya kira -- kira kalau saya terima dia jadi saya punya anak mantu, Jimi bisa kasih makan saya punya anak ko sonde? Jadi saya suruh dia panggil orang tua dong datang supaya kita omong ju agak enak. Tadi bapak bilang datang ini mau ketuk pintu, tapi saya mau buka ini pintu atau tidak, mungkin kita perlu omong dulu" Kata ayah Rena.

"Kami ada di sini dengan niat baik untuk dukung anak berdua. Mereka sudah saling suka tidak baik kalau kita tidak dukung. Soal Jimi ojek memang betul, tapi dia ini sangat rajin. Dia tidak mungkin buat Rena susah. Selain itu di kampung kami punya tanah cukup luas untuk mereka kelola. Mereka bisa buat kebun, ato buat sawah". Sambung om Natan.

"Dalam kami punya adat, laki -- laki harus kawin masuk. Jadi kami punya anak perempuan tidak bisa pi tinggal di kampung sana. Jimi yang harus tinggal di sini masuk dalam keluarga kami. Bahkan mereka punya anak -- anak harus masuk suku kami". Kata ayah Rena dengan nada suara yang mulai meninggi.

"Kami punya adat juga perempuan harus kawin masuk. Kami juga tidak mau kami punya anak harus ikut perempuan. Dia kepala keluarga kelak. Jadi dia yang harus urus mereka punya keluarga. Mereka punya anak -- anak juga harus pake kami punya fam." Om Natan mulai terpancing emosi.

"Bisa saja begitu untuk kami orang bunak. Tapi kalian harus faen kami punya anak perempuan. Faen itu orang bilang beli putus. Masalahnya bapak dong sanggup tidak. Karena kami punya anak perempuan ini kuliah, ada sekolah. Bapak dong punya anak pi rayu -- rayu pake dia punya ojek besar itu sampe saya punya anak hamil. Kalau bapa dong sanggup, kita bisa omong lebih lanjut." Kata ayah Rena

"Begini bapak, kami datang ini dengan maksud baik. Kami tidak mau kami punya anak jalan diam -- diam dan sonde tanggung jawab. Tapi kami mau anak Rena kawin masuk. Untuk belis kita bisa omong sama -- sama. Hanya klo beli putus, kami tidak bisa karena dalam kami punya adat tidak ada istilah itu. Kalo bapak dong bersikeras kami terpaksa harus pulang." Kata Om Natan sambil ancang -- ancang berdiri.

"Silakan pulang. Pintu ini terbuka lebar. Kami bisa urus kami punya perempuan sendiri. lagian dia masih kuliah. Dia pu masa depan masih panjang." Ayah Rena pun berdiri dan mempersilakan Jimi dan keluarganya pulang. Matanya memerah dan melotot.

Rena merasa sangat terpukul. Dia pun berlari masuk ke kamarnya, menutup pintu rapat -- rapat dan melemparkan dirinya di atas ranjang. Air mata tak mampu dia bendung.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun