***
Keesokan harinya, pada saat jam pulang kuliah Jimi sudah menunggu Rena di depan kampus. Rena tampak senang melihat sang pacar. Mereka lalu meluncur ke rumah Rena.
Mereka tiba di rumah kira -- kira jam 1 siang. Halaman rumah tampak sepi seperti tidak ada siapa -- siapa. Tapi motor milik ayah Rena terparkir di sana.
"Bapak ada di rumah sayang. Kau son takut to?" Rena mulai merasa gelisah.
"Sonde sayang. Bapak bukan macan to?" kata Jimi sambil tersenyum.
"Iya bukan macan sih, tapi dia bisa lebih galak dari macan kalo tahu saya ada apa -- apa. Apalagi kalo dia tahu saya hamil." Rena tetap menyampaikan kekuatirannya.
Jimi diam saja dan mulai merasa gusar. Rena lalu bergegas masuk ke dalam rumah. Jimi duduk di kursi di teras rumah sambil mengutak-atik handphone-nya. Lima menit kemudian Rena kembali bersama ayah dan ibunya. Jimi segera berdiri dan menyalami kedua orang tua Rena.
"Selamat siang om dan tanta". Kata Jimi
" Siang anak. Ayo masuk duduk di dalam saja". ibunya Rena mempersilakan Jimi masuk ke dalam rumah. Tapi sang ayah diam saja.
Dengan agak malu -- malu dan sedikit takut Jimi masuk ke dalam rumah. Ia duduk dengan sopan di sofa yang empuk itu. Sesekali ia berusaha melihat ayah dan ibunya Rena untuk mengetahui apakah ada gurat -- gurat amarah di sana.
"Anak, teman kuliahnya Rena?" Ibu Rena memulai percakapan mereka siang itu.