Rena tidak sabar untuk membalas chat sang pacar.
"Sayang, kau bikin saya cemas saja. saya di sini pikiran son karuan. saya mulai pikir macam -- macam. Saya takut kau jalan kastinggal saya. Saya menangis hampir tiap malam. Apalagi bapa deng mama marah -- marah saya hampir tiap saat. Bahkan mereka su tidak mau kasih kuliah saya lagi. Mereka bilang lebih baik urus adik -- adik dong daripada kasih kuliah saya, hasilnya nol besar." Balas Rena.
Jimi mulai mengetik lagi.
"saya tidak mungkin jalan kastinggal kau sayang. Saya ju terlalu sayang kau. Btw, tadi saya datang dari kampung deng saya pu bapa dan mama. Kami nginap di om natan pu rumah. Mungkin besok kami pi rumah untuk bertemu sayang pu orang tua."
Rena sangat terkejut. Ia tidak menyangka pacarnya senekat itu.
"Betul kah sayang, kau pu orang tua di sini?" Tanya Rena.
"Betul sayang. Kami tiba tadi sore. O ya, nanti tolong kastau bapak dong besok sore jam 4 dong kami pi rumah." Jawab Jimi.
"Okey sayang, sebentar saya kastau mereka supaya besok dong tunggu. Semoga besok ada jawaban untuk kita pu masa depan sayang."
Setelah membalas demikian. Rena bergegas bertemu ayah dan ibunya tentang kabar kedatangan Jimi dan orang tuanya.
***
Kira -- kira jam 4 sore, Rena dengan balutan tais bermotif Bunak berdiri di depan rumah di dampingi ayah dan ibunya serta paman dan bibinya. Sedangkan Jimi dengan tais bermotif Dawan berdiri di pinggir jalan bersama orang tuanya mulai berarak masuk menuju ke depan rumah Rena. Mereka disambut dengan baik. Lalu dituntun oleh seorang tetua adat duduk di tempat yang sudah ditentukan.