Hoegeng tak Terima di katai 'Bodoh' oleh orang yang lebih bodoh darinya.Â
"Kalian memberikan ini semua bukan untuk hadiah selamat datang saja, tapi kalian berusaha menyogok ku dengan rumah dah kendaraan haram itu agar aku bisa membantu memperlancar penyelundupan yang akan kalian lakukan bukan? Kalian akan meminta bantuan ku dengan alasan balas budi karena kalian sudah memberikanku tempat tinggal serta kendaraan. Dan kalian juga tahu bahwa aku tidak bisa menolaknya jika itu adalah balas budi."
Mendengar ucapan itu, para cukong judi terkejut setengah mati. Semua yang di ucapkan Hoegeng benar adanya. Mereka berencana untuk menyogok Hoegeng, para cukong judi tak menyangka bahwa Hoegeng sepintar ini.Â
"Ah! Aku muak dengan lagakmu yang sok suci itu Hoegeng. Jangan munafik, kau juga butuh harta untuk bertahan hidup. Mau kau beri makan apa keluargamu? Kebenaran? Mana kenyang yang ada mereka mati kelaparan." Kesal salah satu cukong judi.Â
Hoegeng berusaha menahan amarahnya, ia bangkit dari duduknya."Aku lebih baik tinggal di hotel ini sampai rumah dinasmu siap.".
"Sepertinya tidak ada yang perlu di jelaskan lagi, semuanya sudah jelas. Kalian sudah bisa meniggalkan tempat ini. Terima kasih."
Setelah mengucapkan itu, Hoegeng berjalan meninggalkan mereka dan kembali ke kamarnya. Para cukong judi terlihat sangat syok, mereka juga terlihat sangat kesal. Dengan wajah kusut mereka meninggalkan hotel.Â
Lobby mulai kosong tapi Aku, Raib dan Ali masih termenung di tempat. Ali yang menyaksikan itu bahkan sampai berkeringat.Â
Ia mengelap keringatnya, "Wow, tadi itu sangat intens sekali. Aku bahkan sampai tak berkedip di buatnya."
"Seli, bisa kau jelaskan apa yang baru saja terjadi?" Tanya Raib.Â
"Ah iya, pemandu wisata cepat jelaskan kejadian tadi! Aku sudah tidak sabar! Ayo jangan hanya diam saja."