Mohon tunggu...
Ramadhanila HanunMumtazah
Ramadhanila HanunMumtazah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: If You Will More Than Friend

9 September 2022   17:51 Diperbarui: 10 September 2022   10:57 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Samarinda sepertinya tak ingin pria itu merasa bosan ia berkelana dengan mengendarai besi tua yang dipinjamkan oleh Bu rini, ia menghubungi anggun menemaninya pergi ketempat gadis itu bermeditasi, sepanjang jalan kenangan indah bersama sang wanita yang jauh dari jangkauannya, Bintang sampai disuatu Perkomplekan yang ada di pojok kota memanggil anggun, beberapa kali ia panggil yang keluar adalah sesosok pria memiliki janggut tebal dan kumis yang tipis, Bintang mengenali wajahnya tapi Ia tak terlalu ingat siapa sosok itu, lalu orang itu memanggilnya dan bertanya dengan nada yang kurang baik.

"mencari siapa kau? Anggun Ga ada disini cari saja di seantero dunia jika kau mau" ungkapnya sembari memegang bambu.

"eh, pak saya mencari anggun bukan perkara, saya teman kampusnya" lelaki itu mengangkat tangannya dengan raut wajah yang takut.

"lalu mengapa kau harus berteriak seperti tarzan saja, itu ada bel mengapa kau tak menekannya? Seperti orang primitif saja" orang tua itu mengoceh bak komando perang akan dimulai.

"iya pak maaf, saya salah tapi anggunnya ada? Saya ada rencana mengerjakan jurnal"

"eh, lu sorry gua dandan dulu lama ya? Sudah bertemu maestronya belum?" menunjuk orang tua yang galak itu.

"maestro? Maksudmu Galang Permana?"

Bintang kebingungan dengan orang yang ada didepannya tak seperti yang ia kira.

"iya, saya Galang Permana, teriakanmu mengganguku sedang mencari inspirasi, saya sedang menggarap buku baru kau tahu?" memarahi dengan raut wajar yang garang.

"maaf pak saya mengganggu, tapi saya sangat menyukai karya bapak, sangat menginspiratif" memuji orang itu dengan rasa kagum yang tinggi.

"yasudah anggun lain kali beritahu ia untuk mengetahui tentang tata krama" menunjuk jarinya ke bintang.

"Okei, sekarang kita mau kemana? Dan apa yang harus ku lakukan? Dengan wajah yang menggoda anggun mengatakan kata kata itu.

"Bagaimana jika kita pergi ke Bioskop? Aku ingin menonton film yang ayahmu tulis itu" bintang menjawab dengan lugu.

"sedikit menarik tapi mengapa harus film itu? Kau tahu aku juga sempat datang ke lokasi syuting, hanya sekedar melihat - lihat"

Memamerkan ke bintang pengalamannya.

"jika tak mau si Gak apa-apa, nanti ku menonton sendiri saja, atau ketempat wisata tapi aku tak tahu dimana? Bagaimana?"

"Ayo menonton saja aku memiliki alergi dengan tempat wisata"

Mereka berdua menonton film itu lalu sepintas anggun yang melihat bintang yang mirip dengan lelaki yang pergi saat malam minggu di suatu taman hiburan, menjadi merasa takut dan senang. Ia merasakan jika ada denyut jantung yang berdebar-debar jika melihat bintang yang teguh akan pendiriannya. Film itu jadi saksi mata kedekatan mereka berdua, setelah menonton mereka berdua beranjak menuju perpustakaan yang berada di pusat kota Samarinda, Bintang menunjukkan sebuah buku berjudul Kisah Tanah Jawa, yang bertemakan horor jawa anggun mendengarkan cerita horor itu seketika menjadi sedikit parnanoid maklum saja karena di Kalimantan juga tak kalah menyeramkan mitos yang ada, lalu ia menutup buku itu dan menyumpal mulut Bintang dengan jarinya. 

Senja pun mendatangi kota ini kemudian ia mengajak ke alun - alun kota, kedua insan ini membeli beberapa jajanan yang tersedia di sepanjang trotoar dan mengatakan jika ini tempat favoritnya dulu saat masih SMA ungkapnya kepada pria jangkung tersebut, lalu wanita itu menanyakan tentang berapa lama ia disini.

"Kau disini sampai kapan?"

"aku disini sampai bulan depan, tapi jika diperpanjang mungkin Desember"

"ada hal yang ingin ku tanyakan"

Bintang bertanya dengan rasa penasaran.

"jika kau memiliki masalah apa yang akan kau lakukan?"

"aku akan hadapi dengan ketenangan dan Sabar dalam menghadapinya" anggun menjawab dan kebingungan.

"lalu apa yang dimasalahkan?"

"aku mengikuti program ini bukan berarti aku tulus sepenuh hati, aku melarikan diri dari kebenaran yang tak seharusnya kudengar"

"loh, mengapa sampai sejauh itu kau melakukannya"

"aku juga bingung mengapa aku sepengecut ini atau mungkin memang sudah ditakdirkan tak pernah bersatu" bintang mengoceh sambil memandangi surya yang tenggelam.

"kau tak harus sepengecut itu, mungkin di lain waktu, karena kamu belum memahami seseorang yang kamu cintai" anggun memberikan penjelasan dengan semua pengalamannya. 

"lantas apakah arti sebuah cinta dan apa itu pertemuan jika Berujung cinta" memandangi langit dan segala benda yang ada disana. 

"semua pernyataan dan pertanyaanmu itu adalah kamu belum menerima kenyataan, karena memang realita itu menyakitkan kamu harus kuat dan belajar menerimanya" anggun yang memegang tangan yang berurat.

Anggun memeluk Bintang yang sedang kehilangan arah dalam hidup nya, sebuah kata yang membuat Bintang mafhum mengapa ia belum pantas dengan indriana, namun pelukan anggun belum bisa memastikan kapan ia bisa terlepas dari sososk wanita yang membuat Bintang tergila-gila. Anggun pun mengatakan sesuatu yang membuat bintang sedikit terobati. 

"aku bingung mengapa aku memelukmu tapi aku merasakan kenyamanan dari semua perlakuanmu dan kegigihanmu bukan berarti aku mencintaimu tapi aku hanya ingin kita di zona pertemanan saja" ungkapnya dengan mendekap bintang dengan kedua tangannya. 

"iya, aku tak masalah namun hanya satu manusia yang bisa meluluhkan gerbang hatiku ini, jika kau merasakan kenyamanan aku selalu siap hingga ku pulang namun jika ku angkat kaki ku harap kita tetap berteman" akhirnya bintang memahami tentang arti sebuah hubungan dan cinta belum tentu cinta harus di ungkapkan namun dibuktikan dengan mafhumkan orang dan tak harus memaksa seseorang untuk bersandarnya. 

Malam tiba Bintang mengantarkan Anggun pulang, sepanjang jalan Anggun memeluk Bintang sepertinya ia telah mencintai lelaki itu entah mengapa caranya bersimpati berbeda dengan kebanyakan pria dimuka bumi, berbeda pandangan dengan Bintang yang mengetahui jika ia bertemu dengan indriana pasti ana dijalan maka wanita itu akan menjauhinya, sesampainya di rumah Anggun, Ayahnya telah menanti di depan gerbang masuk, lalu menggrutu mengatakan jika ia terlalu larut mengantarkan putri kesayangannya, Anggun menjelaskan bahwa ia menonton film adaptasi buku Pak Tua yang garang itu, kemudian Pak Tua itu memanggil sang pria sekedar mengajaknya ngopi dengannya, melakukan perbincangan malam yang panjang. 

"kau tahu? Mengapa alasanku menulis? Menyeletuk dengan Benjana kopi. 

"ku dengar bapak kehilangan orang yang bapak sayang? Benar bukan?"

"kebanyakan orang mengetahuinya seperti itu tapi yang sebenarnya terjadi adalah dulu saat aku menuliskan karya pertamaku, Buku itu tak kunjung laku, hingga aku tuangkan semua apa yang ku rasakan saat itu juga, ku rangkai puisi hingga beberapa pengalaman pahit yang kurasakan tertuangkan aku hampir gila menggarapnya banyak orang yang menjauhiku dan yang tersisa hanya satu orang yaitu Ibunya Anggun ia sosok yang membuatku bangkit dari kegagalan memang semua pahit yang kurasakan semua orang yang mengatakan teman hanyalah kebohongan belaka, lalu buku keduaku rilis disitu mulai banyak dilirik oleh masyarakat hingga menjadi best seller selama 5 tahun dan mereka yang meninggalkan ku saat sedang terpuruk datang kembali, mereka mengemis bak seorang penjilat setelah itu mereka tidak pernah datang kesini kembali ketika mereka mengatasnamakan Galang permana untuk bisnisnya yang sedang hancur. Itu lah alasan ku menulis yang awalnya hanya hobiku saja" ujarnya panjang lebar mendongengkan Bintang. 

"aku baru tahu jika ada orang yang semacam itu di dunia ini" pria itu terkagum - kagum mendengarkan ceritanya. 

"lantas bapak kemana saja hingga banyak orang yang mengatakan jika kau telah mati"

"aku hanya ingin ketenangan diantara kebangsatan dunia ini aku lebih baik terjebak didalam fantasiku" pria tua itu menelan kopi panas itu. 

"ibu Anggun kemana pak? Saya tak pernah mendengarnya" serunya dengan penuh penasaran. 

"saya belum pernah menikah dan Anggun adalah anak angkat saya dan Ibu nya Anggun meninggalkannya karena Hubungan Gelapnya dengan seorang artis, aku selalu menyayangi Anggun dengan tulus seperti anakku sendiri karena itu Amanah dari ibunya yaitu Lilis". 

Bintang mulai mengerti mengapa Anggun menunggu orang itu datang untuk sekedar melihat saja Anggun tak pernah, dan Bintang kira yang ia tunggu adalah Sang Ayah, kemudian Bintang berpamitan dan mulai mengendarai sepeda motornya ia senang dapat bertemu dengan Galang Permana idolanya sejak kecil ternyata tinggal dikota yang sama dengannya. Ia pulang ke rumah bu Rini, kali ini ibu Rini sedang meriang lalu Bintang mengecek suhu tubuhnya dan mencoba menelepon pak Bahrul. 

Di malam hari yang dingin ia membawa bu Rini ke rumah sakit, setelah penantian yang memakan waktu yang lama Dokter membawa hasilnya. Ternyata Ibu Rini menderita Penyakit Usus Buntu yang diharuskan beroperasi untuk mengangkat penyakitnya tersebut. Ibu Rini bilang jika Bintang beristirahat saja karena esok masih ada mata kuliah dan Bintang tak mau meninggalkannya tanpa sanak saudara. Bintang tetap berada di rumah sakit itu semalaman hingga pak Bahrul datang barulah ia bisa berangkat kuliah. 

Ia berkuliah sambil menjaga dan merawat ibu Rini dan Anggun yang selama seminggu mencari-carinya tanpa kabar mulai khawatirkan Bintang dan mulai mencari Nomor ponselnya. 

"kau dimana? Tumben tak ada kabar biasanya kau selalu mengajakku berpegian" 

Lalu Bintang mendengar Notif dari ponsel dan tak mengenali Nomor itu ia tak menggubris karena ia mengira jika itu adalah Indriana yang sedang mencarinya, lalu ponselnya berdering seperti ada yang meneleponnya ibu Rini menyuruh mengangkatnya siapa tahu itu penting ungkapnya. Ia mengangkat lalu mendengar suara Anggun yang menanyakan kabarnya. 

"ternyata kau, kukira siapa, aku sedang menjaga bu Rini ia terserang penyakit" 

"Dimana, aku mau menjenguknya Boleh?" 

"silahkan saja" jawab pria itu. 

Anggun datang membawakan buah tangan lalu, sepintas bu Rini mengenali Anggun, tapi ia tak terlalu mengingat jelas karena umur yang sudah menginjak 65 tahun, Anggun mengatakan jika besok ada tugas dari rektor untuk mengerjakan jurnal untuk tugas akhir besok dikarenakan Bintang hanya butuh 1 mingggu lagi untuk menyelesaikan program ini. Spontan ibu Rini menanyakan perihal Anggun.

"kamu siapa ya seperti aku mengenalimu" memegang tangan Anggun dengan jari keriputnya. 

"Ia Anggun, temanku Bu anak dari Pak Galang Permana" Bintang mengungkap jati diri Anggun. 

"Galang Permana dia temanku dahulu aku menitipkan Gadisku ke orang itu, dulu tahun 1998 aku dengan Artis yang saat ini telah pergi ia sangat keji meninggalkanku dan juga Bahrul ke perempuan jahanam itu dia adalah Agung Zaqi kini telah pergi ke alam lain, ia bapakmu sebenernya nak" ungkap ibu rini sambil menatap anaknya yang berpisah selama 20 tahun lebih. 

Anggun menangis dan tak mau mendengar cerita itu lalu keluar dari ruang ICU yang saat ini mendekap Ibu Rini ia juga menangis dengan perlakuan suaminya saat dulu andai saja jika ia mendengarkan kata pak Galang. Bintang menyusul Anggun ke koridor dan ia menangis lalu memeluk Bintang Anggun mengira jika Ibunya telah pergi keluar Kota ternyata ia berada di dekatnya, ia memang tak bisa memaafkan sang ayah namun sang ibu dulu juga tak bersalah karena ia saat itu sebatang kara ketika ia baru dilahirkan. Ayahnya angkatnya menjaga dan mendidiknya dengan baik namun sang kakak yang tinggal dengan ibunya yang saat ini menjadi penjaga panti asuhan, ia sedikit lebih beruntung dengan hidup dan profesinya saat ini. Lalu ia berambisi untuk menjaga ibu nya sampai sembuh dan Bintang dapat menyelesaikan studinya tanpa hambatan. 

Beberapa minggu setelah operasi Bintang menitipkan surat kepada Anggun dan Bu rini karena ia akan pulang ke Purwokerto karena sudah menyelesaikan program pertukaran mahasiswanya, Anggun telah menerima keadaan dan mau menjaga ibu nya yang lagi sakit. Bintang mengajak Anggun sedikit obrolan untuk menyemangatinya. 

"aku pulang dulu ya, aku cuman minta tolong buat jagain Ibu rini jangan bilang - bilang jika aku pulang" Bintang menangis tak tahan mengucapkan kata selamat tinggal. 

"hey, jangan menangis aku pasti menjaganya dan ayahku membelikan rumah untuknya katanya hadiah kesembuhannya" Anggun tersenyum dan memeluk Bintang. 

"iya, Terima kasih jika kamu main ke Purwokerto atau Jakarta kabari aku dulu jangan asal nyelenong" ujarnya sambil tertawa. 

"iya tenang aja terus bagaimana tentang hubungan kita?" Anggun menanyakan hal itu karena telah nyaman dengannya. 

"mungkin kita bisa menjadi teman namun tak lebih dari pacar bagaimana?" jawab Bintang dengan hati yang masih dengan orang yang menyakitinya. 

"ya tak masalah ingat kamu jangan pernah kehilangan arah jika kamu butuh aku, aku siap kesana, ayahku punya pesawat pribadi jadi jaga dirimu baik-baik". Kemudian kedua insan itu memeluk erat masing-masing dan kedua bibir mereka menyatu. 

3 Oktober Bintang bersiap-siap untuk lepas landas dan ia siap bertemu dengan gadis yang ia cintai saat ini telah menerimanya dan mau mengukirkan cerita baru bersamanya. Sebelum pesawat lepas landas ibu Rini berlari dan menangis melihatnya pergi dan Bintang tak bisa menahan tangisan yang keluar dari matanya, lalu pesawat terbang meninggalkan kota Samarinda.

Selama dalam perjalanan menuju kota Purwokerto ia menangis dan tak kuasa menahan rasa sedihnya karena kenangan bersama Ibu Rini di Kota Samarinda. Ia terlelap dalam keheningan cakrawala yang sudah lama tak merasakannya, sesampainya di Yogyakarta Internasional Airport ia di jemput oleh Pak Bahrul dan ia mengucapkan terimakasih atas informasinya dan dedikasinya telah menjadi juara dan rela menjaga sang bunda, sepanjang jalan ia menceritakan pengalamannya di Samarinda Bintang ingin memberitahukan tentang Anggun ke Pak Bahrul tapi takut ia marah lalu ia mengatakan jika ia ingin pulang ke jakarta terlebih dahulu untuk menunjukkan ke kedua orang tua nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun