Gelap berganti terang. Pemandangan desa Gunung Panjang seribu kali lipat lebih mengerikan setelah tersiram cahaya matahari. Bau busuk mulai tercium. Jasad para korban harus segera dimakamkan. Aku memerintahkan anggota kelompok untuk membuat kuburan masal.
Kami semua mulai menggali dengan alat seadanya.
Kuburan massal siap setelah dua jam kami menggali. Satu persatu jasad dimasukkan ke peristirahatan terakhirnya. Tak terkecuali jasad orang tua Wawan.
Tangis Wawan pecah kembali. Saking histerisnya, ia pingsan kali ini.
DRET! DRET! DRET!
DRET! DRET! DRET!
Peluru yang dimuntahkan oleh senapan mesin menghujani kami yang sedang memakamkan jasad para warga Gunung Panjang. Belanda rupanya.
Kami langsung kocar-kacir. Tak lagi memikirkan satu sama lain. Yang terpikirkan hanya bagaimana menyelamatkan diri kami masing-masing. Kami berhamburan ke segala arah. Terpencar.
Aku berlari bersama Heru. Belanda terus melepas tembakan. Kami sebisa mungkin menghindari peluru yang melesat begitu cepat.
Bruk! Bruk! Aku dan Heru terperosok ke dalam sebuah lubang.
"Sepertinya ini tempat persembunyian yang dibuat oleh pasukan Gunung Panjang." Kataku dengan nafas terengah-engah.