"Terima kasih, Oded." Aku berterima kasih padanya. Tak salah kunobatkan ia sebagai prajurit terbaikku.
"Sebaiknya kita harus segera pergi dari sini, Bung."
Aku sepakat dengannya. Aku dan Oded segera kembali bergabung dengan rombongan.
"Kawan-kawan, kita harus segera pergi dari sini. Tunda dulu jadwal istirahat kita hingga beberapa jam ke depan." Aku langsung memerintahkan anggota kelompok untuk segera kembali berkemas.
"Mengapa begitu, Bung?"
"Pasukan Belanda ada di sekitar sini. Tadi, seorang Belanda hampir saja menikam Bung Soleh." Oded membantuku untuk menjelaskan.
Semua anggotaku mulai berkemas. Logistik yang tadi sudah dikeluarkan oleh Oded dimasukkan kembali ke dalam tas. Kami kembali bergerak setelah semuanya siap.
Sepanjang perjalanan, aku merasakan keberadaan pasukan Belanda. Atas alasan itu, aku memutuskan untuk terus berjalan.
Tak terasa, gelapnya malam sudah menyelimuti perjalanan kami sedari tadi. Kami tidak menyalakan penerangan. Karena menurutku, menyalakan penerangan hanya akan memancing perhatian, tak hanya pasukan Belanda, tetapi juga hewan buas. Hanya mengandalkan kompas dan insting, akhirnya kami sampai di desa Gunung Panjang tepat pada pertengahan malam.
Terkejut! Kami sungguh terkejut. Desa yang semula ramai oleh kehidupan, berubah menjadi desa mati. Tidak ada lagi kehidupan di desa itu. Tiada satu orang pun yang menyambut kedatangan kami.
Merasa ada yang tidak beres, kuputuskan menyebar anggota. Kuperintahkan mereka untuk memeriksa setiap rumah.