"Kok bisa?"Â
" Biasa, aku ngelawan." kataku becanda.Â
"Iihhh... masak seorang muslimah kayak Zahra Zakiatunnisa ngelawan ama dosen senior lagi. Aku gak percaya, ya walau pun kamu bener ngelawan. Aku yakin kamu ngelawan karena kebenaran" katanya.Â
"Bisa aja lu!" Kataku.
"Kamu, udah makan?" Tanyanya.Â
"Udah tadi. Â Makan hati!" Kataku.Â
Waktu itu, aku memang dalam kondisi yang megerikan, menurutku. Aku dilanda depresi ringan. Karena teman-teman di kampus banyak yang memojokkanku. Belum lagi, memikirkan aku harus mengulang mata kuliah tahun depan.*
Sore itu, aku memutuskan untuk ikut rapat di organisasiku. Untuk mengalihkan perhatian dan kesedihanku. Sayangnya, kesedihanku tak terlaihkan. Aku malah tidak konsen saat rapat. Pikiranku masih pada kejadian tadi, saat aku mengungkapkan sebuah kebenaran dan tidak ada satu pun yang mendukungku. Padahal, Â aku melakukan itu juga karena resah melihat semua mahasiswa yang diperlakukan tidak adil.Â
"Mungkin dari wakil bendahara. ada masukan?" Tanya pimpipinan rapat.
Aku wakil bendahara di organisasi ini. Aku juga termasuk pengurusan inti. Sial, tapi pikiranku tak sedang ada di organisasi ini.Â
Aku hanya geleng-geleng. Pertanda fidak. Ada masukan dariku. Ifan, yang merupakan salah satu anggota di organisasi ini juga. Melihatku yang tidak konsen. Wajahnya pun sayu saat melihatku. Sial, aku merasa aku sedang kasihani.Â