Saat itu, aku tengah diangkot, musik sedih amat keras terdengar telingaku. Beberapa geromobolan laki-laki menaiki angkot ini. Secepatnya kulap air mataku yang menetes.Â
Ia mengirim pesan kalrifikasi panjang lebar padaku. Tak kuhaturkan sedikit pun. Sesampai di rumah aku berbaring. Â Lalu tertidur. Saat, pagi aku buka pesan whatsapp Ifan.Â
"Zahra, aku tahu ini berat. Tapi, ini berhubungan dengan perkuliahanmu. Dosen laknat itu, telah mengancam kamu mengulang tahun depan. Gimana persaan orangtuamu jika tahu ini. Â Gak ada salahnya kita mengalah. Mengalah belum tentu kalah, Zahra. "Â
Wah, ternyata hal-hal yang disamapikannya selalu berbobot dan tak menyinggung  sama sekali.
Aku baca pesan itu. Lalu kujawab
"Iya, makasih ya Fan" jawabku.Â
Setelah melihatku, Â menjawab pesannya. Ia menelponku.Â
"Gimana Zahra? Kamu mau kan minta maaf sama dosen itu? Biar kamu aman Ra. Nanti aku temenin" katanya.Â
"Nggak usah, nggak papa. Nanti aku pikir-pikir dulu. Doain aja hatiku terbuka" kataku.Â
" Aku percaya sama kamu Zahra! Aku salut sama keberanian kamu! Kamu keren" katanya.Â
"Iihhh...malah gombal" kataku tertawa.Â