"Serius loh, Kak Zahra. Itu, yang sopirin sepeda motor. Mirip banget sama Kak Zahra. Cieee..." Si Aswin tengil itu terus menggodaku. Â
Rupanya maksud mereka, wajahku mirip dengan Ifan.Â
Aku tak menganggap serius candaan itu. Aku pamit kepada Ibu. Dan memulai perjalananku, untuk menuju masjid muhajirin.*
Muhammad Ifan Aliandi. Itu nama lengkap Ifan. Aku mengenalnya waktu masih semester tiga. Waktu itu, kami sama sama lolos dalam sebuah lomba puisi. Â Dan karena kami akan tampil di babak final, Â demi untuk menyiapkan penampilan terbaik di babak final. Â Aku dan Ifan disuruh menemui Pak Roni. Seorang dosen, yang paham soal kesenian dan sastra.Â
Pertama kali kami latihan dengan Pak Roni. Â Kami ditinggal dalam sebuah ruangan kecil dipenuhi dengan alat-alat musik serta lukisan-lukisan indah. Ini memang terlihat seperti ruangan kesenian. Entah kemana pak Roni pergi. Aku dan Ifan disuruh menunggu di ruangan itu. Sambil latihan mandiri. Bayangkan, Â hanya berdua saja.Â
Disanalah percakapan kami dimulai.Â
"Siapa namamu? Zahra Zakiatunnisa?" Tanyanya. Â
Aku mengagukkan kepala, Dalam batinku aku ingin tertawa. Â Kalau dia tahu namaku, kenpaa dia bertanya.Â
"Aku Ifan"ujarnya.Â
Aku, anggukkan kepalaku.Â
"Muhammad Ifan Aliandi, ganteng dan soleh Insya Allah" katanya nyengir.Â