Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Babad Ikhwan Mistis: The Last Man Standing of Ikhwan Mistis Proletar

4 Juli 2020   18:45 Diperbarui: 4 Juli 2020   18:40 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/Free-Photos

"Kantin Duls, kenapa?"

"Sini ke kelas depan, ada akhwat nangis!" Suara Duls terdengar lugas

"Asli, siapa?"

"Udah sini dulu aja buruan penting, Kode Delta 1423!"

"Oalah, siap meluncur"

Pada kondisi yang dilematis, saat susu hangatnya baru datang dan laporan dari Duls tentang akhwat, tentu saja Izal memprioritaskan akhwat. Ia memberitahukan pula laporan dari Duls kepada Dede, namun sambutannya tidak begitu antusias. Ia hanya menitipkan laporan dari Duls pada Izal. Kedaruratan memaksa Izal bertindak cepat, ia izin meninggalkan Dede di kantin, dan segera menemui TKP yang disebutkan oleh Duls.

Kondisi darurat masih belum bisa membuat Dede lepas dari keantusiasannya, bahkan ketika ada akhwat sedang dalam masalah. Ini jelas sangat jauh dengan kebiasaan Dede yang selalu gerak cepat kilat dan sekelebat dalam upaya pengamanan akhwat. Faktanya sekarang sangat berbanding terbalik, ia seolah mematung di kantin belakang kampus, ia kembali murung, melamun, dan tampak ringkih.

Hari-harinya muram, penuh beban dan lamunan. Tangannya menopang dagunya, menahan laju imajinasinya agar tak terganggu, namun pada saat itulah sebuah tepukan pada pundaknya cukup membuat Dede kembali pada dunia nyata. Terlepas dari lamunannya, Dede kemudian mencari tepukan siapa yang menganggu lamunannya. Ketika ia menoleh ke belakang, betapa cukup kagetnya ketika yang dilihatnya adalah Yai Izan.

Dede tidak berkata-kata kecuali tersenyum kepadanya. Yai Izan duduk di samping Dede, barulah kemudian Dede mulai berbicara

"Ngopi Yai" Seru Dede

"Udah abis"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun